Rupiah Diperkirakan Kembali Menguat Didorong Ekspetasi Pemangkasan Suku Bunga AS

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 2 Desember 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Jum'at, 29 November 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup naik 0,40 persen di level Rp15.872 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,41 persen ke level harga Rp15.864 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan pasar mempertahankan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan tetap memangkas suku bunga pada Desember.

"Para pedagang terlihat bertaruh pada peluang 68,6 persen bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, dan peluang 31,4 persen bahwa suku bunga akan tetap tidak berubah, menurut CME Fedwatch," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Senin, 2 Desember.

Selain itu, Ibrahim menyampaikan taruhan pada pemangkasan Desember terus berlanjut meskipun data terbaru menunjukkan ketahanan inflasi AS, sementara pejabat Fed mendukung pelonggaran suku bunga secara bertahap.

Namun, Ibrahim menyampaikan prospek jangka panjang untuk suku bunga AS tidak pasti, mengingat inflasi masih jauh di atas target Fed sebesar 2 persen. Kebijakan ekspansif di bawah Trump juga diharapkan akan mendukung inflasi dan suku bunga.

"Sejumlah pejabat Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, akan memberikan pidato minggu depan, sebelum keputusan suku bunga pada bulan Desember," ujarnya.

Sementara dari dalam negeri, masyarakat mengingatkan agar pemerintah berhati-hati membuat regulasi terkait kenaikan pajak sebesar 12 persen karena kondisi ekonomi global saat ini sedang tidak baik-baik saja, sehingga akan berpengaruh terhadap menurunkan daya beli masyarakat.

Ibrahim menyampaikan memang pemerintah menerapkan tarif pajak sebesar 12 persen sesuai dengan amanat undang-undang yang sudah di setujui oleh DPR RI dan disahkan oleh pemerintah.

Menurut Ibrahim salah satu permasalahan dalam perpajakan adalah masih rendahnya tax ratio Indonesia dibandingkan negara G20 serta beberapa negara di ASEAN.

Adapun, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa rencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen kemungkinan besar akan ditunda. Penundaan tersebut dilakukan untuk memberi ruang bagi pemerintah dalam menyediakan stimulus berupa subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Subsidi akan diberikan dalam bentuk bantuan sosial (bansos) berupa subsidi listrik. Kebijakan ini dipilih untuk menghindari risiko penyalahgunaan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT). Anggaran pemerintah cukup untuk mendanai subsidi tersebut, walaupun kebijakan ini masih dalam tahap usulan dan perancangan.

Selain itu, penerimaan pajak nasional berada dalam kondisi baik, sehingga terdapat dana yang memadai untuk mendukung program stimulus tersebut.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Senin, 2 Desember 2024 dalam rentang harga Rp15.750 - Rp16.850 per dolar AS.