Isuzu Berencana Luncurkan Truk Otonom Mulai 2027 di Jepang
JAKARTA - Pabrikan spesialis kendaraan berat dari Jepang, Isuzu mempertimbangkan untuk memulai armada truk otonom pada tahun 2027 mendatang. Dilaporkan Nikkei Asia, Sabtu, 30 November, pabrikan bermitra dengan perusahaan startup asal Amerika Serikat (AS) khusus merancang perangkat lunak kendaraan, Applied Intuition untuk menghasilkan truk yang dapat berjalan secara otonom di jalan Jepang dalam waktu tiga tahun ke depan.
President and Representative Director Isuzu Motors, Shinsuke Minami menjelaskan bahwa pihaknya belum bisa mengembangkan perangkat lunaknya sendiri. Namun akan mengandalkan kemitraan ini dengan menambahkan sistem otomatisasi Level 4 ke penggerak utama truk Giga.
“Jika kendaraan self-driving tersebar luas di masa depan, bisnis self-driving kami berpotensi tumbuh menjadi sumber penjualan utama,” kata Minami.
Pabrikan yang bermarkas di Yokohama, Jepang berharap untuk menggunakan truk self-driving pada rute pada awalnya dan dapat mengangkut barang antar Gudang di negeri Sakura.
Meskipun memiliki sistem Level 4 yang canggih dan mampu menavigasi sebagian besar titik ke titik, pengemudi harus tetap mengawasi pengoperasian truk dan dapat melakukan intervensi untuk mengambil alih kemudi jika diperlukan.
Selain itu, Isuzu juga bekerja sama dengan start-up Jepang bernama Tier IV untuk menambahkan teknologi penggerak otonom Level 4 ke busnya, untuk digunakan di Bandara Fukuoka serta di wilayah Tokyo Raya.
Selain Isuzu, perusahaan startup seperti Aurora Innovations, Kodiak Robotics, dan Gatik AI, juga tengah melakukan pengujian truk otonom yang dapat dioperasikan tanpa manusia.
Baca juga:
Teknologi otonom saat ini dinilai masih memiliki risiko tinggi ketika dioperasikan di mana dapat menyebabkan kecelakaan. Namun, ketiga perusahaan menyatakan kesiapan teknologi otonom yang lebih baik pada tahun ini.
Mobil otonom dalam beberapa bulan belakang memang menjadi kontroversi, seperti yang diungkap asosiasi Advocates for Highway, Auto Safety, dan International Brotherhood of Teamsters. Mereka mengkhawatirkan kemungkinan risiko yang timbul lebih besar karena ukuran dan berat truk lebih besar, sehingga diperlukan lebih banyak aturan dalam hal ini.