Trump Jadi Presiden AS, PTBA Optimistis Industri Batu Bara kian Berjaya
BOGOR - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis terhadap prospek industri batu bara ke depan akan berjaya, apalagi dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu.
Corporate Secretary PTBA, Niko Chandra mengatakan dampak kemenangan Trump ini akan memberikan harapan yang baik terhadap kondisi geopolitik global dari sebelumnya yang sempat memanas.
Lebih lanjut, Niko meyakini dengan membaiknya kondisi geopolitik global, maka industri batu bara juga akan kembali berjaya.
“Di tataran global sebetulnya dengan kebijakan kalau kita lihat Trump yang terpilih itu ya sama kayak periode sebelumnya gitu, bakal agak relatif berjaya gitu ya industri batu bara,” jelasnya dalam media gathering di Bogor, Sabtu, 30 November.
Niko optimistis terhadap prospek harga batu bara pada 2025. Dia bilang permintaan domestik akan tetap menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan, terutama seiring dengan peningkatan kebutuhan listrik pascapandemik COVID-19.
“Cuma memang paling utama tetap dari domestik ya. Karena kita lihat secara pascacovid ini memang secara pertumbuhan demand kalau kita lihat terus tumbuh ya,” ujarnya.
Apalagi, kata Niko, akan peningkatan permintaan domestik yang didukung oleh program pembangunan 3 juta rumah serta kebijakan penurunan harga semen sebesar 10 persen yang mendorong kebutuhan bahan bakar industri.
Baca juga:
Selain itu, menurut Niko, sektor lain seperti pupuk dan listrik juga menunjukkan peningkatan permintaan, dengan PLN mencatat kenaikan konsumsi. Menurut dia, hal ini menjadi salah satu indikasi prospek cerah industri batu bara di pasar domestik.
“Yang pasti dengan kondisi ke depan yang masih outlooknya positif. Apalagi kelihatan secara kondisi geopolitik pasca terpilihnya Trump tampaknya ada sesuatu harapan untuk industri batu bara makin bahasanya kalau dulu itu memanas ya,” ujarnya.
Tak hanya pasar domestik, Niko bilang PTBA juga berfokus memperluas pasar ekspor ke negara-negara dengan pertumbuhan permintaan batu bara yang tinggi, seperti Vietnam dan Filipina.
“Jadi kalau ini beberapa negara baru seperti Vietnam, Filipina, sebagainya memang kita fokus ke sana, selain market-market yang sekarang sudah kita punya, existing market di sana tetap kita pertahankan,” ucapnya.