FID DItargetkan Rampung November, Nasib Proyek Kilang Tuban Belum Diputuskan
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menargetkan keputusan akhir investasi atau Final Investment Decision (FID) dari proyek grass root refinery (GRR) atau Kilang Tuban akan diputuskan pada Bulan November 2024. Namun hingga hari ini, nasib kelanjutan proyek ini masih belum diputuskan oleh pemerintah.
Bahlil mengatakan, dirinya memang menargetkan FID proyek ini rampung di akhir bulan ini, namun terkendala oleh perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang dilaksanakan serentak yang menyita perhatiannya sebagai Ketua Partai Politik (Parpol).
"Saya memang agendakan akhir November, tapi kan kita baru selesai Pilkada. Sebagai Ketua Partai kan harus men-clearance Pilkada dulu," ujar Bahlil yang dikutip Sabtu, 29 November.
Meski demikian Bahlil memastikan dirinya telah bertemu dengan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri untuk membahas kelanjutan proyek yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini.
Lebih lanjut Bahlil menyebut dirinya juga tidak menutup kemungkinan untuk membuka peluang bagi investor baru untuk merampungkan proyek tersebut.
"Kepada pemegang-pemegang konsesi Wilayah Kerja (WK) yang sudah selesai eksplorasi tapi kemudian tidak mau buat POD (plan of development) dan tidak mau berproduksi dalam kurang waktu tertentu yang sesuai aturan maka tidak menutup kemungkinan kita akan membuka investor baru Karena nggak boleh barang negara dibuat lambat, nggak boleh," terang Bahlil.
Baca juga:
Saat ditanya terkait Rosneft lepas dari proyek senilai Rp238,25 triliun ini, Bahlil bilang dirinya masih harus berdiskusi lebih lanjut dengan DIrektur Utama Pertamina
"Belum tentu, nanti kita bahas dengan Pertamina," tandas Bahlil.
Sebelumnya, Rosneft menghadapi sanksi internasional akibat perang geopolitik antara Rusia dan Ukraina sehingga kesulitan melakukan pendanaan terhadap proyek strategis nasional tersebut.
Proyek Kilang Tuban ini merupakan proyek milik PT Pertamina (Persero) yang menggenggam 55 persen saham dan Rosneft memegang 45 persen saham.