Bak di Film John Wick, Narapidana di Kanada Adakan Sayembara Bunuh Jurnalis Rp1,1 Miliar
JAKARTA - Sebuah rencana mengerikan untuk menghabisi nyawa seorang jurnalis kriminal ternama di Montreal, Kanada, terungkap ke publik.
Soal rencana pembunuhan ini diberitakan pertama kali media lokal La Presse yang kemudian ditulis BBC, Sabtu, 30 November, dilaporkan pria bernama Frédérick ilva, menawarkan kontrak senilai 100.000 dolar Kanada atau sekitar Rp1,13 miliar bagi siapa saja pembunuh bayaran yang berani membunuh Daniel Renaud, seorang jurnalis yang kala itu meliput persidangan kasusnya.
Frédérick Silva sendiri sebelumnya dihukum atas tiga pembunuhan dan satu percobaan pembunuhan pada tahun 2021. Pada tahun 2022, Silva divonis hukuman penjara seumur hidup.
Pengakuan Silva ini datang ketika dia ditawarkan jadi informan polisi karena sebagai syarat menjadi informan, ia harus mengungkapkan seluruh rekam jejak kriminalnya, hingga akhirnya tiba soal pengakuan plot yang melibatkan Renaud.
Silva mengaku sempat menghubungi dua tokoh penting dalam organisasi kriminal untuk melaksanakan rencana pembunuhan tersebut. Namun, kedua tokoh itu menolak karena menganggap membidik seorang jurnalis adalah keputusan yang buruk. Meski "kontrak" pembunuhan tersebut sempat berlaku selama sekitar dua bulan, Silva akhirnya membatalkannya dengan alasan memiliki ada hal lain yang lebih penting saat itu.
Gubernur Quebec François Legault, mengecam keras rencana tersebut.
“Tidak masuk akal bahwa di Quebec – ini bukan film – ada kontrak pembunuhan yang ditujukan kepada seorang jurnalis hanya karena ia menjalankan tugasnya,” tegas Legault.
Ia menambahkan bahwa polisi Quebec harus terus menindak tegas kejahatan terorganisir. “Ini bukan Quebec yang kita inginkan,” tambahnya.
Baca juga:
Sementara Daniel Renaud yang kini mengetahui dirinya menjadi target, mengaku amat terkejut.
“Saya tidak pernah menutupi diri sendiri, tetapi selalu berhati-hati agar tidak mengungkap detail kehidupan pribadi para kriminal dan menghindari membahayakan nyawa orang lain. Jadi, saya tidak pernah berpikir akan menjadi sasaran kontrak seperti ini,” ujarnya kepada La Presse.
Vincent Marissal, mantan kolega Renaud yang kini menjadi politisi di Quebec Solidaire, turut angkat bicara. Ia memuji profesionalisme Renaud sebagai jurnalis yang sangat teliti.
“Dia bukan tipe orang yang banyak membuat keributan di ruang redaksi, tetapi ternyata bisa membuat banyak orang terganggu. Itu artinya dia menjalankan tugasnya dengan baik, namun tentu saja ini bukan alasan untuk menaruh harga atas kepalanya,” pungkas Marissal.