Tren Wisata Masa Depan: Liburan ke Luar Angkasa Diprediksi Bakal Populer pada 2054
JAKARTA - Para pakar telah memprediksi tren wisata dalam 30 tahun ke depan, para wisatawan mungkin akan meninggalkan kenyamanan liburan di tepi kolam renang atau pantai untuk beralih ke petualangan luar angkasa.
Dilansir VOI dari laman Independent pada Jumat, 29 November 2024, prediksi ini datang dari perusahaan perjalanan di Manchester, Travel Counsellors telah bekerja sama dengan seorang futuris terapan bernama Tom Cheesewright.
Tom seorang konsultan yang membantu bisnis merencanakan masa depan dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan dampak perubahan iklim.
Menurut para ahli, di masa depan orang-orang akan memiliki prioritas yang berbeda dalam memilih destinasi liburan. Ini mencerminkan perubahan dalam gaya hidup mereka.
Seiring berjalannya teknologi semakin menyatu dengan kehidupan sehari-hari, liburan pada tahun 2050-an diperkirakan akan menjadi waktu untuk 'detoksifikasi', dari keterhubungan terus-menerus dengan layar dan lebih fokus pada interaksi sosial sesama manusia.
Mungkin, hotel-hotel masa depan akan dirancang untuk menyembunyikan teknologi, membawa para tamu kembali ke suasana zaman dulu, yang mana check-in dilakukan dengan tanda tangan menggunakan pena, bukan layar sentuh, dan menggantikan kunci elektronik menjadi kunci metal.
Namun, bagi sebagian orang yang lebih tertarik pada inovasi teknologi, liburan ke luar angkasa diperkirakan akan menjadi tren wisata utama di masa depan.
Perjalanan ke luar angkasa memang sudah dalam tahap pengembangan, dengan tokoh-tokoh seperti Jeff Bezos yang telah berhasil meluncurkan enam wisatawan ke ruang angkasa pada Mei lalu, dan Jared Isaacman yang berhasil melakukan spacewalk privat pertama pada September.
Cheesewright memprediksi di masa depan, perusahaan-perusahaan dapat mengirimkan manusia ke orbit dengan biaya rendah 10 Poundsterling atau Rp201 ribu. Ini menjadikan perjalanan ke luar angkasa untuk melihat lengkungan Bumi semakin terjangkau.
Selain luar angkasa, perjalanan udara juga diperkirakan akan mengalami transformasi besar. Para ahli percaya, pada tahun 2054, pesawat supersonik akan menjadi kenyataan, memungkinkan pelancong untuk mencapai tujuan mereka dalam waktu yang jauh lebih cepat.
Perusahaan seperti Venus Aerospace sedang mengembangkan teknologi hipersonik untuk perjalanan udara kecepatan tinggi. Pada bulan Oktober lalu, mereka meluncurkan mesin hipersonik baru yang diharapkan dapat mewujudkan penerbangan komersial dengan kecepatan luar biasa.
Untuk penerbangan jarak pendek, jet listrik dapat menjadi hal yang biasa. Ini menggantikan pesawat konvensional untuk mengurangi polusi suara dan emisi, sekaligus mengurangi jejak karbon penerbangan. Dengan teknologi baterai yang berkembang pesat, kapasitasnya yang semakin besar setiap lima hingga tujuh tahun. Pesawat bertenaga listrik bisa menjadi masa depan penerbangan yang lebih ramah lingkungan.
Selain pesawat yang lebih cepat dan ramah lingkungan, Cheesewright juga memprediksi bahwa antrian di bandara akan jauh berkurang berkat teknologi yang lebih canggih.
Sensor multi-spektrum dan pemindaian biometrik wajah, detak jantung, dan pernapasan dapat mempercepat proses pemeriksaan keamanan, membuat pengalaman di bandara lebih efisien.
Namun, perubahan iklim mungkin mempengaruhi pilihan destinasi wisata. Cuaca ekstrem sudah mulai membuat para wisatawan berpikir ulang tentang lokasi liburan mereka, dan banyak yang mulai menghindari destinasi yang lebih rentan terhadap bencana alam.
Baca juga:
Cheesewright memprediksi bahwa destinasi musim panas yang populer bisa menjadi terlalu panas untuk dikunjungi. Ini mendorong wisatawan untuk mencari tujuan yang lebih utara. Ia juga memprediksi munculnya resor-resor baru di destinasi musim dingin, seperti pantai buatan yang dibangun di danau alpine di pegunungan.
"Sangat menarik membayangkan masa depan perjalanan dan bagaimana kemajuan ini akan mengubah pengalaman kita. Meskipun teknologi memainkan peran besar dalam menciptakan cara-cara baru yang canggih untuk menjelajahi dunia," ujar Steve Byrne, CEO Travel Counsellors.
"Keinginan orang untuk memaksimalkan waktu luang mereka, serta kebutuhan akan koneksi manusia yang autentik, tetap menjadi hal sama pentingnya, baik dalam pengalaman liburan itu sendiri maupun dalam sentuhan pribadi yang diberikan oleh para profesional perjalanan." lanjutnya.
Dalam 30 tahun ke depan, liburan bisa jadi jauh berbeda dari yang kita kenal sekarang, dengan teknologi dan inovasi yang membuka kemungkinan baru untuk menjelajahi dunia bahkan luar angkasa.