Presiden Putin Tegaskan Rudal Oreshnik Murni Inovasi Rusia, Bukan Soviet: Siap Diproduksi Massal
JAKARTA - Presiden Vladimir Putin menegaskan rudal balistik hipersonik baru yang ditembakan ke Ukraina pekan ini, Oreshnik, merupakan inovasi Rusia, bukan modernisasi peninggalan Soviet dan segera diproduksi massal.
Presiden Putin pada Hari Jumat mengatakan, sistem rudal balistik hipersonik jarak menengah Oreshnik Rusia bukanlah versi yang ditingkatkan dari versi sebelumnya yang berasal dari masa Soviet, sejalan dengan perkembangan terbaru dan modern.
"Sistem Oreshnik tidak ada hubungannya dengan modernisasi sistem Soviet lama," kata Presiden Putin, melansir TASS 22 November.
"Jelas bahwa kita semua dibesarkan dengan menyaksikan berbagai sistem Uni Soviet beroperasi, kita semua dibesarkan dengan apa yang dilakukan oleh generasi sebelumnya, dan sampai batas tertentu kita menggunakan hasil mereka," jelasnya.
"Namun, sistem ini memang merupakan hasil utama dari pekerjaan Anda, pekerjaan yang dilakukan di masa Rusia, di bawah kondisi Rusia yang baru, itu dilakukan atas dasar perkembangan modern dan terbaru," tambah Presiden Putin, saat berbicara dalam pertemuan dengan dewan eksekutif Kementerian Pertahanan, perwakilan dari kompleks industri militer dan perancang senjata rudal.
Presiden Putin mengatakan, rudal tersebut akan mulai diproduksi massal untuk dipasok ke Pasukan Rudal Strategis Rusia.
"Kita perlu meluncurkan produksi massal. Katakanlah keputusan telah dibuat bahwa sistem akan mulai diproduksi massal," ujar Presiden Putin.
"Pada dasarnya, itu sudah terjadi," tambahnya.
Pemimpin Kremlin menekankan, mengingat kekuatan khusus senjata itu, "senjata itu akan diberikan tepat kepada Pasukan Rudal Strategis."
Sebelumnya, Presiden Putin maupun Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi serangan dengan rudal balistik hipersonik baru, Oreshnik ke sasaran militer di Dnipro, Ukraina pada Hari Kamis.
Presiden Putin dalam pidato malam yang disiarkan di televisi mengatakan, sebagai tanggapan atas keputusan Barat untuk mengizinkan serangan strategis mendalam terhadap Rusia, menggunakan senjata pemberian AS dan sekutunya, Moskow menggunakan rudal balistik hipersonik jarak menengah Oreshnik untuk pertama kalinya.
"Tidak ada cara untuk melawan rudal itu pada saat ini," klaim Presiden Putin.
"Oreshnik menyerang target dengan kecepatan Mach 10, atau 2,5 hingga 3 kilometer per detik," ungkap Presiden Putin.
"Sistem pertahanan udara modern dan sistem pertahanan rudal yang dikerahkan oleh Amerika di Eropa tidak dapat mencegat rudal semacam itu. Itu mustahil," tandasnya.
Fabian Hoffmann, seorang peneliti doktoral di Universitas Oslo yang mengkhususkan diri dalam teknologi rudal dan strategi nuklir, mengatakan aspek paling signifikan dari rudal itu adalah, ia membawa muatan MIRV (multiple independent targetable reentry vehicle).
Rusia memilih senjata itu "untuk tujuan pensinyalan," katanya, melansir Reuters.
"Muatan ini secara eksklusif dikaitkan dengan rudal berkemampuan nuklir," tambahnya.
Baca juga:
- UNESCO akan Tambahkan Proses Pembuatan Sake Jepang ke Daftar Warisan Tak Benda
- Operator Kereta Jepang akan Lengkapi Stafnya dengan Payung Anti Pisau
- AL Korsel Terima Kapal Perusak Aegis Jeongjo The Great Pekan Depan: Dilengkapi Pencegat Rudal Canggih
- Tim Peneliti Internasional Kembangkan Plastik yang Bisa Terurai di Air Laut
Sedangkan Kepala GORKI Centre di St. Petersburg University yang juga mantan Menteri Luar Negeri Austria Karin Kneissl mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapi kebijakan provokatif NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) dan Barat dengan menembakkan rudal yang tidak dapat dicegat oleh pertahanan udara mereka, kata Karin Kneissl, mantan menteri luar negeri Austria dan kepala Pusat GORKI di Universitas Negeri St. Petersburg.
"Di dunia barat yang diperintah oleh naluri hitam dan putih yang disederhanakan, respons seperti itu menyoroti kompleksitas dari apa yang dipertaruhkan secara umum dan lebih tepatnya untuk sistem antirudal mereka," urainya.
"Baik AS maupun negara-negara lain di dunia saat ini tidak memiliki sistem pertahanan udara yang mampu mencegat rudal hipersonik baru Rusia," tandasnya.