Presiden Zelensky Pilih Gunakan Diplomasi untuk Kembalikan Krimea ke Ukraina

JAKARTA - Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan Semenanjung Krimea yang direbut Rusia pada tahun 2014, harus dikembalikan ke Ukraina melalui diplomatik, alih-alih menggunakan senjata.

Presiden Zelensky mengatakan dalam wawancara dengan Fox News saat menaiki kereta api di Ukraina dan disiarkan Hari Rabu, negaranya tidak ingin kehilangan banyak nyawa yang diperlukan untuk merebut kembali Krimea melalui cara militer.

"Saya telah menyebutkan kami siap untuk membawa kembali Krimea secara diplomatis," kata Presiden Zelensky, melansir Reuters 21 November.

"Kami tidak dapat menghabiskan puluhan ribu rakyat kami sehingga mereka binasa demi Krimea kembali dan tetap saja bukan fakta, kami dapat membawanya kembali dengan senjata di tangan kami. Kami memahami Krimea dapat dibawa kembali secara diplomatis," jelasnya.

Lebih lanjut, Presiden Zelensky kembali menolak gagasan untuk menyerahkan wilayah yang telah diduduki oleh pasukan Moskow, dengan mengatakan Ukraina "tidak dapat secara hukum mengakui wilayah Ukraina yang diduduki sebagai wilayah Rusia."

Rusia merebut dan mencaplok Krimea pada tahun 2014, setelah pemberontakan rakyat mendorong seorang presiden yang pro-Rusia untuk meninggalkan negara itu dan proksi Rusia merebut sebagian besar wilayah di timur Ukraina.

Sejak invasi besar-besaran Rusia pada bulan Februari 2022, pasukannya telah merebut sekitar seperlima wilayah Ukraina dan mengumumkan pencaplokan empat provinsi, meskipun Moskow tidak sepenuhnya mengendalikan satu pun dari provinsi-provinsi tersebut.

Diketahui, Presiden Zelensky telah mengusulkan formula perdamaian dan "rencana kemenangan" yang didukung oleh penarikan pasukan Rusia dari Ukraina.

Namun, seruannya baru-baru ini telah menekankan jaminan keamanan bagi negaranya dan undangan untuk bergabung dengan NATO, merupakan gagasan yang ditolak mentah-mentah oleh Moskow.