Presiden AS Joe Biden Setujui Pengiriman Ranjau Antipersonel untuk Ukraina
JAKARTA - Presiden Joe Biden telah menyetujui penyediaan ranjau darat antipersonel untuk Ukraina, kata seorang pejabat Amerika Serikat kepada Reuters, langkah yang dapat membantu memperlambat kemajuan Rusia di wilayah timurnya, terutama jika digunakan bersama dengan amunisi lain dari Amerika Serikat.
Amerika Serikat mengharapkan Ukraina untuk menggunakan ranjau di wilayahnya sendiri, meskipun telah berkomitmen untuk tidak menggunakannya di wilayah yang dihuni oleh warga sipilnya sendiri, kata pejabat tersebut, melansir Reuters 20 November.
Washington Post pertama kali melaporkan perkembangan tersebut.
Amerika Serikat telah menyediakan ranjau antitank untuk Ukraina selama perangnya dengan Rusia, tetapi penambahan ranjau antipersonel bertujuan untuk melemahkan kemajuan pasukan darat Rusia, pejabat tersebut menambahkan, yang berbicara dengan syarat anonim.
Ranjau AS berbeda dengan ranjau Rusia karena "tidak persisten" dan menjadi tidak aktif setelah jangka waktu tertentu, kata pejabat tersebut.
Ranjau tersebut memerlukan baterai untuk meledak, dan tidak akan meledak setelah baterai habis.
Sementara itu, Kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Kementerian Pertahanan Ukraina, Kementerian Pertahanan Rusia dan Kremlin tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk berkomentar.
Baca juga:
- Kremlin Sebut Saluran Telepon Khusus AS-Rusia untuk Meredakan Krisis Belum Digunakan
- Negara Anggota Uni Eropa Sepakat Kerja Sama Kembangkan Pertahanan Udara hingga Peperangan Elektronik
- PM Starmer Sebut Perubahan Doktrin Nuklir Rusia Tidak Menghalangi Dukungan Inggris ke Ukraina
- Amerika Serikat dan Israel akan Bahas Korban Sipil di Gaza Awal Bulan Depan
Pada Hari Selasa, Ukraina menggunakan rudal ATACMS AS untuk menyerang wilayah Rusia, memanfaatkan izin yang baru diberikan oleh Pemerintahan Presiden Biden yang akan lengser.
Merespons itu, Moskow mengatakan penggunaan ATACMS, rudal jarak terjauh yang pernah dipasok Washington ke Ukraina, merupakan sinyal yang jelas bahwa Barat ingin meningkatkan konflik.