Sekjen NATO Sebut Terserah Sekutu Masing-masing Soal Penggunaan Senjata untuk Menyerang Rusia
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte mengatakan, sekutu membuat keputusan masing-masing tentang apakah mereka dapat mengizinkan Ukraina menggunakan senjata mereka untuk serangan di dalam Rusia, jelang pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa dalam format Menteri Pertahanan di Brussels, Belgia.
"Terserah sekutu masing-masing untuk memutuskan apa yang mereka lakukan. Saya tidak akan membahas apakah sekutu masing-masing harus menjawab ya atau tidak atau apa yang mereka lakukan," katanya kepada wartawan, melansir TASS 19 November.
"Saya secara umum akan mengatakan jangan terlalu banyak berkomunikasi dan jangan membuat musuh kita lebih bijak dari yang diperlukan," lanjutnya.
"Hari ini kita akan membahas cara membantu Ukraina menang. Itu berarti lebih banyak bantuan, lebih banyak uang," tandas Rutte.
Sebelumnya, The New York Times pada 17 November melaporkan Presiden AS Joe Biden telah mengizinkan Ukraina menggunakan rudal ATACMS untuk serangan di dalam Rusia, mengutip sumber.
Kemudian, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Belahan Barat Brian Nichols mengonfirmasi informasi ini.
Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyatakan, beberapa negara Uni Eropa juga telah mengizinkan penggunaan senjata mereka untuk melakukan serangan jauh di dalam wilayah Rusia dari wilayah Ukraina.
Baca juga:
- UNICEF: Lebih dari 200 Anak Tewas di Lebanon dalam Kurun Waktu Kurang dari Dua Bulan
- Presiden Putin Setujui Revisi Doktrin Nuklir Rusia
- AS Ubah Kebijakan Senjatanya di Ukraina, Rusia Siap Formalkan Perubahan Doktrin Nuklir Sesuai Kebutuhan
- DK PBB Desak Lonjakan Bantuan Kemanusiaan ke Gaza, Menlu Inggris: Situasinya Semakin Memburuk
Terpisah, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Hari Selasa, doktrin nuklir Rusia yang diperbarui menetapkan potensi serangan nuklir sebagai tanggapan atas penggunaan rudal konvensional buatan Barat oleh Kyiv terhadap Rusia.
Sebelumnya, Peskov menggambarkan keputusan terbaru Barat sebagai babak baru eskalasi yang kualitatif.