AS Ubah Kebijakan Senjatanya di Ukraina, Rusia Siap Formalkan Perubahan Doktrin Nuklir Sesuai Kebutuhan
JAKARTA - Perubahan doktrin nuklir Rusia telah disusun dan akan diformalkan sesuai kebutuhan, kata Kremlin pada Hari Selasa, menandakan kembali kekhawatiran Moskow atas keputusan terbaru Amerika Serikat mengenai serangan rudal dari Ukraina.
"Perubahan-perubahan itu telah dirumuskan secara praktis. Perubahan-perubahan itu akan diformalkan sebagaimana mestinya," kata Dmitry Peskov, sekretaris pers Kremlin, kepada kantor berita negara TASS dalam pernyataan yang dipublikasikan Selasa, melansir Reuters 19 November.
Sebelumnya, Kremlin pada Hari Senin menyebut keputusan yang dilaporkan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mengizinkan Ukraina menembakkan rudal jarak jauh AS ke Rusia sebagai keputusan yang gegabah, memperingatkan Moskow akan menanggapinya.
Rusia, yang memulai invasi skala penuhnya ke Ukraina 1.000 hari yang lalu, telah berulang kali memperingatkan Barat sedang bermain api dengan menyelidiki batas-batas apa yang mungkin atau mungkin tidak ditoleransi oleh kekuatan nuklir.
Beberapa minggu menjelang pemilihan presiden AS pada Bulan November, Presiden Putin memerintahkan perubahan pada doktrin nuklir untuk menyatakan setiap serangan konvensional terhadap Rusia yang dibantu oleh kekuatan nuklir dapat dianggap sebagai serangan bersama terhadap Rusia.
Pada Bulan September, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa persetujuan Barat atas penggunaan rudal jarak jauh oleh Kyiv akan berarti "keterlibatan langsung negara-negara NATO, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dalam perang di Ukraina", karena infrastruktur dan personel militer NATO harus dilibatkan dalam penargetan dan penembakan rudal tersebut.
Keputusan Presiden Biden mengikuti permohonan selama berbulan-bulan oleh Presiden Volodymyr Zelensky agar militer Ukraina diizinkan menggunakan senjata AS untuk menyerang target militer Rusia yang jauh dari perbatasannya.
Baca juga:
- DK PBB Desak Lonjakan Bantuan Kemanusiaan ke Gaza, Menlu Inggris: Situasinya Semakin Memburuk
- Amerika Serikat Peringatkan Turki Agar Tidak Menerima Pemimpin Kelompok Militan Hamas
- Kritik Pengerahan Pasukan Korut oleh Rusia, AS: Eskalasi Besar Libatkan Militer Asia di Konflik Eropa
- PM Netanyahu Klaim Serangan Israel Bulan Lalu Hantam Komponen Program Nuklir Iran
Keputusan AS tersebut sebagian besar merupakan respons terhadap pengerahan pasukan darat Korea Utara oleh Rusia untuk melengkapi pasukannya sendiri, perkembangan yang telah menimbulkan kekhawatiran di Washington dan Kyiv, menurut sumber Reuters.
Peskov mengatakan kepada TASS pada Hari Selasa, Moskow siap untuk menormalisasi hubungannya dengan Washington.
"Tetapi kita tidak bisa berdansa sendirian," kata Peskov.
"Dan kita tidak akan melakukannya," tandasnya.