Eksklusif Tiket, Menjadi Wadah Bersama untuk Terus Berkarya
JAKARTA - Sudah dua tahun sejak Tiket kembali aktif di industri musik Tanah Air, dengan formasi Aqi Singgih (vokal), Arden Wiebowo (gitar), Opet Alatas (bass), dan Brian Kresno Putro (drum).
Keempat nama di atas (ditambah Teguh Diswanto), merupakan personel awal Tiket ketika melakukan debut lewat album self-titled di tahun 2001. Kemudian, formasi yang sama masih merilis album Sebuah Anugerah di tahun 2003.
Setelah menghasilkan dua album, Tiket berubah formasi, Arden dan Opet masih di dalam band, sementara Aqi bergabung dengan Alexa dan Brian bergabung dengan Sheila On 7.
Reaktivitas Tiket dengan formasi terbaru bermula pada masa pandemi COVID-19. Berawal dari keempat musisi yang saling menanyakan kabar satu sama lain, berkumpul di rumah Brian setelah pandemi mereda, iseng-iseng masuk ke studio, dan tercetus ide untuk kembali menghidupkan Tiket.
“Di rumah Brian kebetulan ada studio, iseng main, ternyata rasanya masih sama kayak dulu, akhirnya kita rekam lah (lagu) ‘Hanya Kamu Yang Bisa aja’, karena itu lagu yang paling pecah dari Tiket. Waktu itu Opet dan Ardan masih jaga gawangnya Tiket, sementara saya dan Brian nggak ada. Itu iseng aja sebenarnya,” ungkap Aqi Singgih saat Tiket mengunjungi kantor VOI di Tanah Abang, Jakarta Pusat baru-baru ini.
Versi baru “Hanya Kamu Yang Bisa” pun dirilis pada 25 November 2022. Mereka juga merekam ulang dua lagu lama, “Abadilah” dan “Biar Cinta Menyatukan Kita”.
“Kita remake lagu-lagu lama, beberapa. Setelah itu kita mikir 'Bikin lagu baru aja lah, masa iya udah nggak bisa bikin lagu baru.' Akhirnya ya (lagu baru) keluar gitu aja, saling ngasih ide, eh jadi banyak lagunya. Ya alhamdulillah, rekam aja,” kata Aqi.
Reaktivitas Tiket dapat dikatakan melaju ke arah yang lebih serius, dua lagu baru sudah dirilis, yaitu “Senjana” pada 24 November 2023 dan “GAK MAU” pada 21 Agustus 2024. Keduanya dibuat berbeda satu dengan lainnya.
Brian menyebut pendekatan yang dilakukan Tiket dalam menggarap lagu saat ini berbeda dengan ketika mereka menggarap album di awal tahun 2000an. Saat itu, dari satu ke lagu lainnya dilihat sebagai satu kesatuan.
“Kita kan ngalamin era album, produksi album itu adalah produksi yang sangat panjang dan membutuhkan banyak konsep, supaya si album itu bisa jadi satu kesatuan, dari satu lagu ke lagu lain dipikirin hubungannya,” ujar Brian.
“Dulu juga dijagain sama produser dan label, pasti kan ada rumusnya, kalau yang satu udah gini, yang selanjutnya dibikin gini aja (serupa). Sekarang mungkin karena kita punya kebebasan yang luar biasa, posisinya sekarang sudah bisa rilis sendiri, bisa produksi sendiri, menurutku sih itu kita jadi bisa mengeksplorasi sesuatu,” lanjutnya.
Baca juga:
Selain itu, Opet yang dikenal sebagai personel awal yang membentuk Tiket mengatakan, para personel saat ini juga mencoba menggarap aransemen lagu dalam porsi yang lebih ideal.
“Dengan pengalaman kita bermusik masing-masing selama ini, kita mengolah apa yang akan kita lakukan di materi-materi ini. (Kita) berusaha nggak dibikin rumit, ya ideal menurut kita lah,” ujar Opet.
“Ideal menurut kita seperti itu lah, tidak dibikin rumit, tidak dibikin susah. Ya harapannya apa yang kita kerjain ideal juga buat yang dengar,” imbuhnya.
Tiket yang lebih ideal
Apa yang dikatakan sang bassis menjadi kunci untuk melihat Tiket saat ini. Empat personel Tiket yang debut di tahun 2001 bukanlah orang yang sama lagi ketika memutuskan reuni dua tahun lalu.
Arden mengatakan, setiap personel sudah melalui perjalanannya masing-masing yang berbeda, sehingga dua lagu yang dihadirkan menjadi upaya mereka untuk terus menghidupkan Tiket.
“Yang membedakan dan bikin lebih antusias ketika kita balik lagi tuh kayak masing-masing bawa referensi baru dan rasa baru dari tempatnya masing-masing,” tutur Arden.
“Seiring berjalannya waktu itu, kita ngerasa nostalgia nih karena bisa ngumpul lagi, tapi kita nggak mau jadi band nostalgic, kita tetap harus punya karya. Karena sebagai musisi, kita harus tetap produktif, sekaligus regenerasi pendengarnya Tiket juga.”
Tumbuh di era 1990an jadi poin lebih yang dirasakan setiap personel. Dengan referensi musik saat itu yang sangat beragam, menyesuaikan diri dengan pendengar baru dari kalangan muda saat ini menjadi tidak sulit.
“Keuntungannya kita yang besar di era 90an, di era itu kaya banget sama genre musik. Makanya ketika kita beradaptasi di era yang sebenarnya cuma muter-muter doang, nggak masalah, karena sebenarnya zaman itu kita udah dengerin banyak jenis lagu,” ujar Arden.
“Sebenarnya ini buah pendengaran kami, dan kami berempat setuju buat bikin yang nggak seribet album kedua, jadi kita buat yang menurut kita gampang,” timpal Aqi.
Dengan apa yang dilakukan Tiket dalam dua tahun terakhir, pertanyaan yang menjadi penting untuk dijawab adalah: ke mana tujuan Tiket dan sampai kapan formasi ini akan berjalan.
Aqi mengaku pertanyaan tersebut muncul di kepalanya ketika berjalan dengan Tiket saat ini. Dia justru penasaran dengan apa yang akan dilakukan bersama tiga personel lain.
“Gua juga mempertanyakan itu, sebenarnya ini mau dibawa ke mana, dan personally kayak lebih ke penasaran, ujungnya di mana nih,” ucap sang vokalis.
“Kalau tadi gua ngobrol sama Brian, kami mencoba gimana caranya memperkenalkan musik kami di luar bermusik. Alangkah baiknya musik kami bisa berkomunikasi tanpa kami harus bermusik,” lanjutnya.
“Kayak Beatles, di album keempat sudah berhenti manggung, duit masuk, tinggal rekaman-rekaman aja sampai bubar. Di situ, mereka bisa memperkenalkan musik mereka tanpa bermusik. Dan itu kayaknya impian semua musisi sih.”
Opet dan Arden yang sejatinya tidak pernah meninggalkan Tiket, meyakini perjalanan baru ini dengan lebih mengalir.
“Kalau saya pribadi, pasti kita mengalir begitu aja. Selama masih ada energi pasti akan tetap berjalan, karena memang harapannya selama kita masih bisa bermusik, yaudah jalanin aja,” kata Opet.
“Kita nggak bisa terlalu naif, kadang-kadang realita itu nggak selalu sesuai dengan ekspektasi, saya pribadi juga kebetulan nggak suka yang muluk-muluk. Tapi saya punya keyakinan kita 20 tahun aja bisa ngelewatin, harusnya ada 20 tahun lagi,” timpal Arden.
“Makanya balik lagi, kalau saya terlalu gembar-gembor kayaknya naif aja, kita lihat aja nanti, yang jelas kita secara personal penginnya nggak ada matinya sih.”
Mencoba merangkum apa yang dikatakan tiga personel di atas, Brian meyakini Tiket adalah wadah berkarya bersama yang tepat untuk dirinya, Aqi, Arden dan Opet.
“Kalau saya percaya karya yang bagus pastinya nanti punya tempat di hati pendengarnya. Saat ini saya cukup bersyukur punya Tiket sebagai wadah untuk berkarya, mau hasilnya seperti apapun itu,” tutur Brian.
“Cuman sedikit yang sudah terjawab dari pertanyaan saya sih, kemarin kita sempat transfer file-file dari handycam waktu Tiket itu manggungnya capek lah. Waktu nonton itu dan flashback, sedikit terjawab kalau kita udah pernah ngelewatin masa itu. Dan tentunya setelah itu kita pengin kedepannya lebih ideal dengan kondisi dan umur sekarang. Ya nggak muluk-muluk, kita mungkin nggak pengen secapek itu , tapi kalaupun nanti teman-teman happy lagi sama lagunya Tiket, ya kita akan berjuang untuk bisa ketemu sama teman-teman,” pungkasnya.