Mantan Presiden Rusia Sebut Eropa Berusaha Meningkatkan Konflik di Ukraina Setelah Kemenangan Trump

JAKARTA - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menuduh para pemimpin Eropa pada Hari Selasa berusaha meningkatkan konflik Ukraina secara berbahaya, setelah terpilihnya kembali mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Medvedev, seorang pejabat keamanan senior, menulis di Telegram, politisi Eropa bertujuan untuk "mendorong konflik dengan Rusia ke fase yang tidak dapat diubah" selagi mereka bisa dan memperingatkan agar tidak membiarkan Kyiv menggunakan rudal jarak jauh Barat untuk menembak sasaran di dalam Rusia.

Medvedev menolak apa yang disebutnya "ultimatum" yang dikeluarkan oleh pemimpin oposisi Jerman dan calon kanselir berikutnya Friedrich Merz, tentang penggunaan senjata semacam itu oleh Ukraina sebagai "bersifat pemilihan umum".

"Jelas rudal ini tidak mampu mengubah apa pun secara signifikan dalam operasi militer", katanya, dikutip dari Reuters 12 November.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menegaskan kembali dukungan mereka untuk Kyiv selama pembicaraan di Paris pada Hari Senin.

Sementara, Menteri Luar Negeri Prancis mendesak sekutu Ukraina untuk tidak berprasangka buruk tentang bagaimana Trump akan menangani konflik tersebut.

"Secara umum, sungguh mengejutkan sejauh mana generasi politisi Eropa saat ini ingin menyeret perang ke wilayah mereka", kata Medvedev.

Medvedev sendiri sebelumnya mengatakan, kemenangan Trump kemungkinan akan menjadi berita buruk bagi Ukraina.

Trump, seorang Republikan, telah berulang kali mengkritik skala bantuan Barat untuk Kyiv dan telah berjanji untuk mengakhiri konflik dengan cepat, tanpa menjelaskan caranya.