Israel Tegaskan Tekad Mencapai Tujuannya di Lebanon, Hizbullah Siap Perang Jangka Panjang
JAKARTA - Israel bertekad untuk mencapai tujuan perangnya di Lebanon, sementara kelompok militan Hizbullah menyatakan kesiapannya untuk perang jangka panjang, saat korban tewas akibat konflik di perbatasan Lebanon terus bertambah.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz mengatakan "tidak akan ada gencatan senjata dan tidak ada jeda di Lebanon" sampai tujuan perang tercapai.
Dalam cuitan di X Katz menuliskan, tindakan ofensif Israel "harus terus melemahkan kemampuan Hizbullah dan meraih kemenangan."
"Kami akan terus menyerang Hizbullah dengan kekuatan penuh sampai tujuan perang tercapai," cuitnya, melansir The Times of Israel 12 November.
"Israel tidak akan menyetujui kesepakatan apa pun yang tidak menjamin haknya untuk menegakkan dan mencegah terorisme secara independen, memastikan tujuan perang di Lebanon tercapai, termasuk melucuti Hizbullah, mendorong mereka keluar dari Sungai Litani, dan mengizinkan penduduk utara kembali ke rumah mereka dengan aman," lanjutnya.
Sebelumnya, berbicara pada Hari Syuhada, pejabat hubungan media Hizbullah Mohammad Afif menegaskan, kelompok perlawanan siap di semua tingkatan untuk perang panjang dengan Israel, menyangkal semua klaim Lebanon menerima proposal untuk gencatan senjata yang konstruktif.
Afif menanggapi klaim Israel mengenai berkurangnya rudal Hizbullah dengan mengatakan untuk melihat kenyataan di lapangan, merujuk peluncuran roket ke pinggiran kota Tel Aviv dan Haifa, hingga penargetan beberapa pangkalan militer di Golan dan Haifa yang diduduki.
Afif menegaskan kembali kesiapan Perlawanan, dengan memastikan para pejuang di garis depan memiliki lebih dari cukup senjata, peralatan dan perbekalan untuk bertahan dalam perang panjang, yang persiapannya terus dilakukan di semua tingkatan.
"Kami siap untuk perang yang berkepanjangan dengan pendudukan di semua tingkatan, baik di garis depan (selatan) maupun garis depan internal," tegasnya, seperti dikutip dari Al Mayadeen.
Menurut Afif, setelah 45 hari pertempuran yang mematikan, pengerahan lima unit militer, dua brigade dan 65.000 tentara, pendudukan Israel gagal menduduki satu desa pun di Lebanon.
Ia menekankan, "Pertempuran Khiam yang epik" hanyalah bukti kepahlawanan, ketahanan dan tekad yang tak tergoyahkan dari para pejuang Perlawanan.
Terkait pengumuman pasukan pendudukan Israel tentang perluasan invasi darat ke Lebanon, Afif mengatakan invasi tersebut telah meluas, seraya menunjukkan pendudukan tersebut belum menetapkan sasaran militer apa pun untuk perangnya guna menghindari kesalahan yang dibuatnya pada tahun 2006.
Terkait laporan media mengenai diskusi internasional untuk gencatan senjata, Afif membantah Lebanon telah menerima usulan khusus apa pun.
"Sampai saat ini, Lebanon belum menerima kabar terbaru, dan kami masih menilai situasinya. Apa yang kami dengar terbatas pada media dan pers," tandasnya.
Baca juga:
- Shoigu: Rusia dan China Harus Melawan Setiap Kebijakan 'Pengekangan' Amerika Serikat
- Jubir Kepresidenan Palestina Sebut Pernyataan Smotrich Konfirmasi Israel Ingin Kuasai Tepi Barat
- Tentara Ukraina Latihan Pakai Tank Soviet, Kepala Komando Pelatihan Khusus Uni Eropa: Jadi Jebakan Rusia
- Menteri Sayap Kanan Smotrich Sebut Kemenangan Trump Kesempatan Israel Menerapkan Kedaulatan di Tepi Barat
Terpisah, Kementerian Kesehatan Lebanon pada Hari Senin mengumumkan, jumlah korban tewas di negara itu telah mencapai 3.240 jiwa, sementara korban luka-luka telah mencapai 14.134 orang, sejak konflik Israel-Hizbullah pecah Oktober tahun lalu, dikutip dari Anadolu.
Hizbullah dan Israel terlibat saling serang lintas batas sehari setelah konflik Israel dengan Hamas di Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023.
Belakanga, Israel meluncurkan kampanye udara besar-besaran di Lebanon sejak akhir September terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah, dengan belakangan Israel menggelar operasi darat di Lebanon selatan pada 1 Oktober lalu.