PM Netanyahu Ungkap Serangan Pager dan Pembunuhan Sekjen Hizbullah Nasrallah Ditentang Pejabat Senior Israel

JAKARTA - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk pertama kalinya mengakui Israel berada di balik serangan pager, walkie-talkie dan pembunuhan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah.

Itu dikatakan PM Netanyahu dakan rapat kabinet Hari Minggu, yang mengungkap juga adanya penentangan terhadap pembunuhan Nasrallah, menurut kutipan yang bocor ke media Ibrani.

"Operasi pager dan pembunuhan (pemimpin Hizbullah Hassan) Nasrallah dilakukan meskipun ada tentangan dari pejabat senior di lembaga pertahanan dan mereka yang bertanggung jawab atas serangan tersebut di eselon politik," kata PM Netanyahu dalam sebuah laporan, dilansir dari The Times of Israel 11 November.

Menjelang ledakan, Menteri Pertahanan Israel ketika itu Yoav Gallant mengatakan, fokus kegiatan militer Israel akan beralih ke garis depan utara.

Diketahui, ribuan pager dan walkie-talkie yang berisi bahan peledak diledakkan terhadap pemiliknya di Hizbullah di seluruh Lebanon dan sebagian Suriah pada tanggal 16 dan 17 September.

Ledakan pager terjadi setelah hampir setahun serangan roket dan pesawat nirawak yang tak henti-hentinya terhadap Israel oleh kelompok militan Hizbullah, yang dimulai sehari setelah konflik Hamas - Israel pecah di Gaza, menyebabkan evakuasi sekitar 60.000 penduduk dari kota-kota Israel utara di perbatasan dengan Lebanon.

Israel belum secara terbuka menyatakan tanggung jawab atas serangan yang menargetkan Hizbullah yang menyebabkan pager dan walkie-talkie meledak dalam dua gelombang, menewaskan sedikitnya 39 orang.

Lebanon mengatakan hampir 3.000 orang lainnya terluka dalam serangan itu. Jumlah korban tidak membedakan antara warga sipil dan anggota kelompok teror. Di antara yang terluka adalah Duta Besar Teheran untuk Lebanon Mojtaba Amani.

Seorang pejabat Hizbullah mengatakan kepada Reuters seminggu kemudian, serangan itu melumpuhkan 1.500 militan Hizbullah karena luka-luka mereka, dengan banyak yang menjadi buta atau tangannya putus.

Setelah kejadian tersebut, berbagai media melaporkan, serangan tersebut merupakan operasi intelijen Israel yang sangat canggih yang telah direncanakan selama bertahun-tahun, di mana Hizbullah ditipu untuk membeli perangkat yang disusupi.

Ledakan tersebut diikuti oleh serangkaian serangan udara Israel yang melumpuhkan sebagian besar struktur komando Hizbullah, termasuk Nasrallah, dan operasi darat terbatas yang sedang berlangsung di Lebanon selatan untuk menghilangkan ancaman langsung yang ditimbulkan oleh kelompok teror tersebut terhadap komunitas perbatasan utara Israel.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengumumkan pada Hari Minggu, jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak 8 Oktober tahun lalu telah mencapai 3.136 jiwa, sementara 13.979 lainnya luka-luka, dikutip dari IRNA.

Hampir dua pertiga dari korban di Lebanon disebabkan oleh agresi udara Israel yang semakin intensif yang telah berlangsung sejak 23 September tahun ini.