Penunjukan Thomas Tuchel dan Krisis Pelatih Inggris
JAKARTA - Federasi Sepak Bola Inggris (FA) baru saja menunjuk Thomas Tuchel untuk menukangi Timnas Inggris selepas pengunduran diri Gareth Southgate.
Peresmian pelatih 51 tahun itu dilakukan pada pertengahan Oktober 2024. Dia baru resmi mulai bertugas pada 1 Januari 2025.
Kehadiran Tuchel di satu sisi menjadi angin segar mengingat Three Lions butuh pelatih berkualitas yang punya jam terbang apik.
Thomas Tuchel pernah menukangi beberapa klub besar Eropa, mulai dari Borussia Dortmund, Paris Saint-Germain, Chelsea, hingga Bayern Munchen.
Banyak gelar yang ia raih saat menakhodai klub-klub elite Eropa tersebut.
Baca juga:
Tak heran, FA berharap Thomas Tuchel bisa mendatangkan kesuksesan serupa buat Timnas Inggris yang sudah puasa gelar turnamen utama sejak terakhir 1966.
Cuma ada satu trofi yang pernah diraih Inggris selama keikutsertaan di Piala Dunia dan Euro. Satu-satunya gelar tersebut ialah Piala Dunia 1966.
Sisanya, Inggris selalu pulang dengan tangan hampa. Paling banter, Three Lions menjadi runner-up di dua edisi Euro beruntun, 2020 dan 2024.
Hanya saja, kedatangan Thomas Tuchel sebetulnya juga membuka luka alias fakta lama bahwa Inggris selalu krisis pelatih berkualitas.
Southgate pun tak melahirkan gelar. Dia juga cuma sekelas manajer yang pernah menukangi Middlesbrough (2006-2009) dan Inggris U-21 (2013-2016) sebelum promosi ke tim senior.
Lee Carsley yang saat ini mengemban tugas manajer interim selepas kepergian Southgate usai Euro 2024, mengakui hal itu.
Bahkan, setelah memimpin Jude Bellingham dan kolega di beberapa laga, ia menyadari bahwa kualitasnya tak cukup mumpuni menangani Timnas Inggris.
Lee Carsley yang juga asli Inggris tak punya profil mentereng seperti Tuchel. Dia juga sekelas manajer yang pernah memegang Coventry City sebagai caretaker saja, lalu Brentford, Birmingham City (caretaker), serta Inggris kelompok umur, U-20 dan U-21.
Carsley sepakat tentang krisis tersebut. Inggris gagal menghasilkan pelatih berkualitas meskipun Liga Inggris dan akademi terkemuka di negara tersebut kaya.
Dia menilai bahwa jika ingin pelatih asli Inggris menukangi Three Lions, mereka harus punya portofolio mentereng bersama klub top Eropa.
"Saya banyak berbicara tentang pemain-pemain dalam sistem kami yang mendapatkan kesempatan."
"Saya pikir kami benar-benar memiliki pemain-pemain di jalur kami yang mampu bermain di tim-tim senior. Saya pikir hal yang sama (seharusnya) berlaku untuk para pelatih."
"Pada akhirnya, kami butuh kesempatan. Kami butuh lebih banyak pelatih asal Inggris di Liga Inggris, di Championship, yang diberi kesempatan untuk menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan."
"Saya pikir semakin tinggi level yang bisa kami latih di Liga Inggris, Liga Champions, mendapatkan pengalaman seperti itu, semakin bermanfaat bagi permainan secara umum."
"Namun, kami harus mendapatkan posisi itu. Saya pikir dengan kursus kepelatihan dan pengalaman yang disediakan St. George's Park (tempat pemusatan latihan Timnas Inggris), saya pikir kami menuju ke arah yang benar."
"Namun, pada akhirnya pelatih membutuhkan kesempatan itu," kata Carsley dilansir ESPN.
Thomas Tuchel akan menjadi manajer asing kedua yang memimpin Timnas Inggris setelah pelatih Swedia, Sven-Goran Eriksson, selama lima tahun masa jabatannya dari 2001 hingga 2006.
Sejak didirikan pada 1992, tidak ada manajer Inggris yang pernah memenangi Liga Inggris.
Sementara Sir Bobby Robson adalah manajer Inggris terakhir yang memenangi trofi Eropa. Ia memimpin Barcelona meraih Piala Winners Eropa pada 1997.
Terlepas dari itu, Carsley akan melepas jabatannya sebagai pelatih interim kepada Thomas Tuchel yang dikontrak permanen.
Carsley akan memimpin dua laga terakhirnya bersama Timnas Inggris di UEFA Nations League melawan Yunani (15 November 2024) dan Republik Irlandia (18 November 2024).
Pelatih 50 tahun itu untuk saat ini sepakat dengan penunjukkan Tuchel yang punya profil apik. Manajer asal Jerman itu dirasa pantas memegang kendali Three Lions.
"Fokus saya selalu pada permainan. Saya dihormati karena dibiarkan (oleh Tuchel) melanjutkan pekerjaan (di dua laga sisa tahun ini)."
"Saya pikir orang-orang menyadari betapa sulitnya pekerjaan itu tanpa terlalu mengkhawatirkan pengaruh luar."
"Namun tidak, saya benar-benar merasa nyaman dengan posisi ini. Saya pikir ini adalah penunjukan yang sangat bagus."
"Kami berbicara tentang memiliki pelatih yang memiliki rekam jejak valid. Thomas benar-benar memilikinya, (dia adalah) pelatih yang sangat ingin saya lihat pekerjaannya."
"Mudah-mudahan, menyerahkan sekelompok pemain kuat dengan potensi nyata, (dia bisa membawa) untuk maju dan memenangi turnamen besar," ujar Carsley lagi.
Carsley akan kembali untuk memimpin Inggris U-21 Inggris setelah Tuchel bertugas.