Sleep Divorce Bakal Jadi Tren Liburan Pasangan di Tahun 2025

JAKARTA - Tak terasa sebentar lagi akan memasuki tahun yang baru, yakni 2025. Menjelang tahun 2025, sejumlah pakar sudah memprediksi hal-hal yang akan menjadi tren, salah satunya tren sleep divorce saat liburan bersama pasangan.

Sleep divorce merupakan tidur berpisah ranjang dengan pasangan. Posisi tidur seperti ini disebut semakin meluas dalam perjalanan liburan pasangan, menurut laporan Tren 2025 Hilton, yang dilansir dari New York Post, pada Senin, 4 November 2024.

Disebutkan banyak yang memilih tidur berpisah dengan pasangannya saat liburan karena membuat tidur lebih nyenyak. Hal ini juga berlaku saat liburan bersama anak-anak, yang kebanyakan menginginkan tidur secara berpisah.

“Faktanya, 37% wisatawan lebih memilih tidur di tempat tidur terpisah dari pasangannya saat bepergian, dan sebagian besar dari mereka yang bepergian dengan anak-anak (3 dari 4) berpendapat bahwa yang terbaik adalah tidur terpisah dari anak-anak mereka saat bepergian,” kata laporan di Hilton.

Meski demikian, konselor kesehatan mental di Grow Therapy di Florida, Stacy Thiry mengatakan bahwa sleep divorce dengan pasangan saat liburan dapat menimbulkan dampak baik dan buruk.

Stacy mengatakan bahwa tidur terpisah memang baik untuk memaksimalkan waktu beristirahat saat liburan. Tidur terpisah ranjang ini juga memberikan perasaan lebih damai dan terhindar dari rasa frustasi.

“(Manfaat) pertama adalah mereka mendapatkan istirahat yang lebih baik. Tidur terpisah memungkinkan setiap orang mendapatkan lingkungan yang mereka perlukan untuk tidur nyenyak, baik itu ruangan yang lebih sejuk, atau tanpa dengkuran, atau sekadar kedamaian,” tutur Stacy Thiry.

Namun, tidur terpisah dengan pasangan juga menimbulkan dampak buruk, salah satunya kurangnya momen berbagi kasih sayang. Tak hanya itu, hal tersebut juga bisa saja dianggap tabu oleh orang lain.

Meski demikian, pakar tentang tidur, Dr. Wendy Troxel, menyatakan setuju jika pasangan memilih tidur terpisah saat liburan demi meningkatkan kualitas tidur. Tren sleep divorce ini juga dinilai semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya tidur yang berkualitas.

“Tren ini mencerminkan meningkatnya kesadaran bahwa tidur sangat penting tidak hanya untuk kesehatan dan kesejahteraan pribadi tetapi juga untuk kesehatan hubungan,” katanya.

Dokter Wendy Troxel mengakui, sleep divorce memang bisa berdampak buruk pada hubungan pasangan. Namun, selama pasangan tersebut bisa mendiskusikannya dengan baik akan kebutuhan masing-masing, maka hal tersebut bisa berjalan dengan lancar ke depannya.

“Semuanya bisa berdampak negatif pada hubungan. Namun, jika mempertimbangkan opsi ini, sangat penting untuk menjaga dialog tetap terbuka untuk memastikan kebutuhan kedua belah pihak terpenuhi dan untuk menghindari perasaan diabaikan atau ditolak,” pungkasnya.