Jokowi dan Megawati Turun Gunung, Konstelasi Pilgub Jateng Bisa Berubah
JAKARTA – Pengamat politik Undip, Yoga Putra Prameswari menilai keterlibatan Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo secara langsung dalam kampanye Andika Perkasa-Hendrar Prihadi dan Ahmad Luthfi-Taj Yasin berpotensi mengubah konstelasi politik di Pilgub Jateng.
Sebab, kedua tokoh tersebut memiliki karakter khusus yang berbeda dalam mempengaruhi pemilih atau mendulang suara bagi calon yang didukung. Megawati disebut memiliki rekam jejak yang tidak bisa dianggap remeh sebagai pendulang suara.
Yoga mencontohkan kehadiran Megawati yang terbukti memberikan efek ekor jas bagi PDI pada Pemilu 1987. Dari hanya punya 4 kursi di DPR, PDI meraih 40 kursi di DPR setelah Megawati bergabung. Tidak salah juga jika disebut PDI Perjuangan keluar sebagai pemenang pemilu pertama setelah Reformasi karena faktor Megawati.
Baca juga:
“Dengan raihan 33 persen suara pada 1999 tergolong luar biasa. Saya rasa sosok Megawati sebagai pendulang suara tidak bisa dianggap remeh. Kapasitasnya sudah terbukti,” ujarnya, Minggu 3 November 2024.
Di sisi lain, Jokowi dikenal sebagai tokoh yang memainkan citra pemimpin populis juga sangat ampuh mempengaruhi pemilih. Sejak menjadi Wali Kota Solo, Jokowi sering menunjukan gaya komunikasi populis, seperti pada saat menertibkan pedagang pasar di Solo. “Ciri Jokowi adalah mengeluarkan kebijakan pro rakyat jangka pendek,” tambah Yoga.
Gaya ini konsisten dilakukan oleh Jokowi hingga dengan menduduki kursi presiden selama dua periode. Karena itu, wajar bila survei Indikator Politik Indonesia mengungkap 77,2 persen responden menyatakan puas dengan kinerja Jokowi menjelang akhir pemerintahannya.
“Meski rekam jejaknya tidak sehebat Megawati, kita harus akui citra persona dari Jokowi tidak dapat dianggap remeh. Bahkan Jokowi dianggap oleh sebagian orang dianggap sebagai salah satu pemimpin populisme paling sukses,” tutur Yoga.
Menurutnya, meski PDIP saat ini kembali menjadi penguasa parlemen Jateng dengan meraup 26 persen suara di Pileg 2024, sulit bagi PDIP dan Megawati untuk mempertahankan kursi gubernur kembali ke tangan kader mereka. Terlebih, elektabilitas pasangan Luthfi-Yasin masih lebih dominan dibanding Andika-Hendi.
“Saat ini pasangan Lutfi-Yasin cenderung lebih unggul. Tetapi, selama peluit terakhir belum berbunyi segala hal bisa mempengaruhi hasil. Tinggal sejauh mana konsolidasi di internal Andika dan Hendi bisa memenangkan Jawa Tengah,” tutup Yoga.