Pengamat Nilai Kunjungan Ridwan Kamil ke Jokowi Bisa Blunder
JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai kunjungan calon gubernur nomor urut 01, Ridwan Kamil (RK) ke mantan Presiden RI Joko Widodo bisa blunder. Ridwan Kamil, menurutnya, bisa dianggap meminta dukungan kepada eks gubernur DKI Jakarta itu.
Apalagi sebelumnya, Ridwan Kamil juga diketahui menemui Presiden RI Prabowo Subianto disaat elektabilitasnya stagnan.
"Karena itu, wajar kalau banyak pihak berspekulasi kedatangan RK ke Prabowo dan Jokowi sebagai bentuk minta dukungan. RK berharap dukungan dua sosok tersebut dapat meningkatkan elektabilitasnya," ujar Jamiluddin Ritonga, Sabtu, 2 November.
Menurut Jamiluddin, permintaan dukungan terhadap Prabowo cukup logis mengingat saat ini kepercayaan publik terhadap Ketua Umum Gerindra itu sangat tinggi. "Karena itu, RK berupaya mendompleng Prabowo untuk dapat mendongkrak elektabilitasnya," ucapnya.
Sebaliknya, kata Jamiluddin, jika RK minta dukungan kepada Jokowi untuk urusan Pilkada Jakarta maka itu layak dipertanyakan. Sebab, menurutnya, Jakarta bukanlah basis Jokowi, meskipun ia pernah sebentar jadi Gubernur Jakarta dan Presiden dua periode.
"Jakarta justru basisnya Anies Baswedan. Pendukung Anies pada umumnya tidak menyukai Jokowi. Karena itu, kalau RK meminta dukungan kepada Jokowi, dikhawatirkan akan jadi bumerang. Pendukung Anies bukan tambah mendekat, tapi justru akan semakin menjauh," kata Jamiluddin.
Baca juga:
Jamiluddin mengatakan, pendukung Anies akan mengidentikkan orang yang dekat Jokowi layak dijauhi. Hal itu dapat berlaku pada RK jika dinilai sebagai sosok yang dekat dengan Jokowi.
"Jadi, upaya mendekatkan diri dengan Jokowi untuk mendongkrak elektabilitas RK di Jakarta tampaknya tak cukup jeli. Langkah RK tersebut justru terkesan blunder," tegas Jamiluddin.
Dengan langkah RK tersebut, tambah Jamiluddin, justru yang diuntungkan adalah pasangan nomor urut 03, Pramono Anung-Rano Karno. Pendukung Anies bisa jadi akan lebih memilih Pramono-Rano daripada RK-Suswono karena RK dinilai dekat dengan Jokowi.
"Karena itu, elektabilitas RK berpeluang stagnan, bahkan tak menutup kemungkinan akan semakin turun. Hal itu terjadi karena pendukung Anies akan lebih berpeluang memilih Pramono-Rano," pungkasnya.