JAKARTA – Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai Ridwan Kamil (RK) melakukan blunder dengan menemui Joko Widodo (Jokowi) ketika elektabilitasnya stagnan di berbagai hasil lembaga survei.
Menurutnya, sah-sah saja bila RK menemui Prabowo Subianto untuk meminta dukungan di saat elektabilitasnya stagnan.
Sebab, saat ini Prabowo mendapatkan kepercayaan publik yang sangat tinggi. Dengan demikian, dukungan Prabowo diharapkan mampu mendongkrak elektabilitas RK.
Tapi, pertemuan dengan Jokowi dalam menghadapi Pilkada Jakarta justru menjadi tanda tanya tersendiri. Pasalnya, Jakarta bukan merupakan basis Jokowi meski pernah menjabat sebagai guberur dan presiden selama dua periode.
“Jakarta justru basisnya Anies Bawesdan. Dan sudah menjadi rahasia umum bila pendukung Anies pada umumnya tidak menyukai Jokowi,” ujar Jamil, Minggu 3 November 2024.
“Kalau RK minta dukungan Jokowi justru akan jadi bumerang. Pendukung Anies bukan tambah mendekat, tapi justru akan semakin menjauh. Pendukung Anies akan mengidentikkan orang yang dekat Jokowi layak dijauhi,” sambungnya.
Karena itu, upaya RK mendekatkan diri dengan Jokowi untuk mendongkrak elektabilitas di Jakarta justru terkesan blunder.
Langkah itu justru dianggap akan menguntungkan pasangan Pramono Anung-Rano Karno. Sebab, pendukung Anies bisa jadi akan lebih memilih Pramono-Rano daripada RK-Suswono karena RK dinilai dekat dengan Jokowi.
“Bisa jadi elektabilitas RK tetap stagnan, bahkan tak menutup kemungkinan akan semakin turun usai bertemu Jokowi. Hal itu terjadi karena pendukung Anies akan lebih berpeluang memilih Pramono-Rano,” tukas Jamil.