Bantu AS, Qatar Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata Gaza hingga Menit Terakhir

JAKARTA -  Qatar akan bekerja sama dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden hingga “menit terakhir" sebelum pemilihan Presiden AS mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

“Kami tidak melihat adanya hasil negatif dari pemilu ini terhadap proses mediasi itu sendiri. Kami percaya bahwa kami sedang berurusan dengan institusi, dan di negara seperti Amerika Serikat, institusi tersebut berinvestasi dalam menemukan resolusi terhadap krisis ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari dilansir Reuters, Selasa, 29 Oktober.

Perundingan gencatan senjata yang melibatkan Hamas dan perunding Israel diperkirakan tidak akan menghasilkan kemajuan signifikan sampai pemenang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) diumumkan.

Sumber yang menjelaskan tentang perundingan tersebut mengatakan kepada CNN,  putaran terakhir perundingan, yang dimulai di ibu kota Qatar, Doha pada Minggu, tidak fokus pada pencapaian pembebasan sandera dan kesepakatan gencatan senjata, namun lebih pada memulai proses tersebut.

Diskusi tersebut juga mencakup perang di Lebanon, serta Iran dan pengaruh regionalnya.

Putaran pembicaraan lainnya diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari, kata sumber itu. Pemilu AS dijadwalkan pada 5 November.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum menerima proposal gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera.

CNN sebelumnya melaporkan, Mesir pada Minggu mengusulkan gencatan senjata dua hari di Gaza yang akan memfasilitasi pertukaran empat sandera Israel yang ditahan di daerah kantong tersebut dengan tahanan Palestina yang ditahan di Israel dalam jumlah yang tidak ditentukan.

Dalam pertemuan tertutup Partai Likud, Netanyahu mengatakan, “Israel belum menerima proposal pembebasan empat sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata 48 jam di Gaza,” kata juru bicaranya Dr. Omer Dostri.

“Jika usulan seperti itu diajukan, perdana menteri akan langsung menerimanya,” imbuhnya.

Sebelumnya, pemimpin oposisi Israel Benny Gantz meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan yang memungkinkan pembebasan sandera yang disandera oleh Hamas, bahkan jika hal itu harus dibayar dengan harga yang “menyakitkan”

“Waktunya sudah lebih matang dari sebelumnya untuk mengupayakan rencana cepat untuk memulangkan para sandera,” kata Gantz pada pertemuan parlemen Partai Persatuan Nasional yang dipimpinnya dilansir CNN, Senin, 28 Oktober.