JAKARTA - Perundingan gencatan senjata yang melibatkan Hamas dan perunding Israel diperkirakan tidak akan menghasilkan kemajuan signifikan sampai pemenang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) diumumkan.
Sumber yang menjelaskan tentang perundingan tersebut mengatakan kepada CNN, putaran terakhir perundingan, yang dimulai di ibu kota Qatar, Doha pada Minggu, tidak fokus pada pencapaian pembebasan sandera dan kesepakatan gencatan senjata, namun lebih pada memulai proses tersebut.
Diskusi tersebut juga mencakup perang di Lebanon, serta Iran dan pengaruh regionalnya.
Putaran pembicaraan lainnya diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari, kata sumber itu. Pemilu AS dijadwalkan pada 5 November.
Diberitakan sebelumnya, Qatar kembali memulai pembicaraan dengan biro politik Hamas di Doha setelah pembunuhan pemimpin kelompok itu Yahya Sinwar di Gaza pekan lalu.
“Kami mengadakan beberapa pertemuan dengan mereka dalam beberapa hari terakhir; Saya percaya bahwa tidak ada kejelasan apa yang akan terjadi di masa depan,” kata Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dilansir CNN, Kamis, 24 Oktober.
Posisi Hamas menurut Al Thani mengenai gencatan senjata dan penyanderaan tidak berubah sejak upaya meditasi terakhir.
Beberapa waktu lalu, pejabat senior Hamas Khalil Al-Hayya mengatakan para sandera hanya akan dibebaskan jika perang di Gaza berakhir, pasukan Israel menarik diri dari daerah kantong tersebut dan tahanan Palestina dibebaskan.
Tuntutan utama diajukan kepada mediator beberapa kali selama tahun lalu yang telah ditolak oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.