Mobilnya Ditembak dalam Penyergapan Dini Hari, Evo Morales: Agen Bolivia Berusaha Membunuh Saya
JAKARTA - Mantan Presiden Bolivia Evo Morales pada Hari Minggu menuduh Pemerintahan Presiden Luis Arce berusaha membunuhnya, usai mobilnya dihantam peluru dalam penyergapan dini hari yang mengancam memicu krisis politik besar-besaran di negara itu.
Morales, yang para pendukungnya telah mengorganisir blokade jalan selama berminggu-minggu untuk mendukung mantan presiden yang tengah berjuang secara hukum itu, mengunggah sebuah video di Facebook yang memperlihatkan dia di kursi penumpang depan dan lubang-lubang peluru di kaca depan mobil.
"Agen-agen elite Negara Bolivia berusaha merenggut nyawa saya hari ini," tulis Morales di media sosial, melansir Reuters 28 Oktober.
Sebuah pernyataan dari blok partai politik sosialis MAS yang berpihak pada Morales, yang juga terpecah dengan loyalitas yang terbagi antara Morales dan Presiden Arce, mengatakan, konvoinya disergap di dekat barak militer oleh dua kendaraan dengan pria bersenjata lengkap berpakaian hitam.
Video yang dibagikan dengan Reuters menunjukkan pengejaran yang panik, di mana Morales mengganti mobil dan pengemudinya terluka.
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen isi video atau klaim yang dibuat oleh Morales dan sekutunya.
Juru bicara Morales mengatakan, mantan presiden itu akan menggelar konferensi pers pada Minggu malam dan "menyampaikan bukti yang menghubungkan pemerintah sebagai dalang dalam upaya pembunuhan Evo Morales."
Dalam wawancara radio setelah insiden itu, Morales mengatakan dua kendaraan mencegatnya di jalan dan menembaki mobilnya, seraya menambahkan sebuah peluru melesat "beberapa sentimeter" dari kepalanya.
Pernyataan MAS mengatakan sebuah peluru mengenai lengan pengemudi kendaraan kedua dan peluru lainnya menyerempet kepalanya.
"Jika Luis Arce tidak memberikan perintah untuk percobaan pembunuhan ini, ia harus segera memecat dan mengadili Eduardo del Castillo dan Edmundo Novillo, menteri pemerintahan dan pertahanan, beserta semua polisi yang terlibat," tulis Morales kemudian di media sosial.
Sementara, Presiden Arce dalam komentar di media sosial mengecam segala bentuk kekerasan dalam politik, menyerukan penyelidikan segera dan menyeluruh.
Sebelumnya pada Hari Minggu, Wakil Menteri Keamanan Bolivia menjanjikan penyelidikan atas laporan apa pun "apakah itu benar atau bohong."
Insiden itu terjadi ketika Bolivia sudah dilanda ketegangan. Para pendukung Morales telah memblokir jalan raya utama selama dua minggu, menghambat pengiriman makanan dan bahan bakar di seluruh negeri, terlibat bentrok dengan pasukan keamanan yang mencoba membersihkan rintangan.
Sebelumnya, Pemerintahan Presiden Arce pada Hari Sabtu menuduh Morales "mendestabilisasi" negara dan mencoba "mengganggu tatanan demokrasi."
Wakil Menteri Keamanan Bolivia Roberto Rios mengatakan kepada wartawan, polisi tidak melakukan operasi apa pun terhadap Morales.
Baca juga:
- Korea Utara Salahkan Militer Korea Selatan atas Intrusi Pesawat Nirawak
- PM Netanyahu Klaim Serangan Israel Telak Hantam Iran, Khamenei Bilang Jangan Dibesar-besarkan
- Presiden Putin Pastikan Moskow Merespons Jika Barat Membantu Ukraina Menyerang Jauh ke Wilayah Rusia
- Otoritas Venesia Perluas Sistem Biaya Masuk untuk Wisatawan mulai Tahun 2025
Morales, yang menjabat tiga periode sebagai presiden, mengundurkan diri pada 2019 setelah pemilihan yang disengketakan menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan. Arce, mantan menteri ekonominya, terpilih pada tahun berikutnya.
Petahana Arce diperkirakan akan mencalonkan diri kembali pada tahun 2025. Di sisi lain, Morales juga mengatakan ia ingin menjadi kandidat tahun depan, memecah partai MAS yang pernah hegemonik menjadi kubu-kubu yang berseberangan yang mendukung presiden saat ini dan mantan presiden.
Morales juga menghadapi tuduhan memiliki hubungan dengan anak di bawah umur. Ia secara resmi dipanggil oleh jaksa penuntut daerah untuk bersaksi dalam kasus tersebut tetapi tidak muncul, dan sekarang menghadapi surat perintah penangkapan. Morales membantah tuduhan tersebut.