The Panturas Penuhi Mimpi Berkolaborasi dengan Doel Sumbang Lewat Jimat
JAKARTA - Setelah “Lasut Nyangkut” yang diperkenalkan awal Oktober, The Panturas kembali dengan single baru dengan judul “Jimat”. Lagu ini merupakan rilisan kedua menuju album mini “Galura Tropicalia” yang akan hadir dalam waktu dekat.
Jika di single sebelumnya dihadirkan kebudayaan Sunda lewat lirik, kali ini usur tersebut semakin kental ditampilkan. The Panturas berkolaborasi dengan Doel Sumbang, musisi pop Sunda yang legendaris.
Bagi Abyan Nabilio alias Acin (vokal, gitar), Rizal Taufik alias Ijal (gitar), Bagus Patria alias Gogon (bass), dan Surya Fikri alias Kuya (drum), kolaborasi dengan Doel Sumbang adalah sebuah perayaan.
Pertemuan pertama mereka jadi salah satu proses paling menarik dalam penulisan hingga perekaman “Jimat”, karena Doel Sumbang mengaku telah mendengar musik The Panturas sejak lama.
Ijal pun mengaku sosok Kang Doel merupakan salah satu wishlist sejak lama, ketika membentuk grup rock selancar kontemporer tersebut. Karena itu, proses penggarapan lagu justru dirasa menjadi tidak terlalu sulit bagi The Panturas.
Baca juga:
- Versi Terbaru Lasut Nyanggut Mengantar The Panturas Menuju Album Mini Baru yang Penuh Eksplorasi
- Gelar Tur Sail & Connect, The Panturas Siap Berlayar ke 5 Kota
- VIDI Libatkan Isyana Sarasvati dan Tara Basro untuk Single Berjudul Senyumin Dulu Aja
- Kini Tak Diperkuat Yovie Widianto, Yovie & Nuno Comeback dengan 'Yang Baru'
“Doel Sumbang itu idola saya dan Kuya. Lagu-lagu Doel Sumbang selalu masuk playlist keluarga kami ketika bepergian,” ungkap Ijal dalam keterangannya, Jumat, 25 Oktober.
“Alhamdulilah, dibantu Abah Iyo dari Pure Saturday, akhirnya kami dapat berkolaborasi,” lanjutnya.
“Jimat” yang berdurasi sekitar 3 menit 20 detik, bercerita tentang nasihat dari orang yang berumur lebih tua. Seperti dalam wejangan kuno budaya Sunda yang berbunyi: doa indung jadi jimat, doa bapa jadi ubar (doa ibu jadi penangkal, doa bapak jadi obat).
Ijal sebagai penulis lirik mencoba bereksplorasi lebih jauh. Liriknya terkesan seperti ‘jampi’ dan rajah yang biasa dilafalkan dalam ritual kesundaan, pupuh, dan dongeng Sunda. Jika seluruh lirik diterjemahkan, maka pendengar bakal disuguhkan dengan peribahasa.
“Peribahasa-peribahasa Sunda yang sering saya dengar sejak dulu, saya masukan ke dalam lirik,” kata Ijal.
“Lewat lagu ‘Jimat’, saya ingin menyampaikan bahwa dalam menjalani hidup kita harus mempunyai pegangan,” imbuhnya.
Sementara itu, The Panturas loyal dengan identitas “nangorian surf-rock” sambil mengenalkan tema musikal barunya melalui sentuhan gitar dengan tangga nada daminatila, ketukan drum disco pop, dan beragam instrumen lainnya.
Dalam proses rekaman, mereka juga mengajak musisi kolaborator lain, yaitu Andrie pada terompet pencak, Panji Wisnu pada keyboard dan synth, serta Rezki Delian (Hockey Hook, El Karma) pada bonga.