Sensasi Cita Rasa Steak Dry Aged yang Dikeringkan Selama 21 Hari

JAKARTA - Bagi pencinta kuliner, menikmati steak bukan hanya soal daging yang dipanggang sempurna, tetapi juga tentang pengalaman rasa yang mendalam.

Salah satu cara pengolahan daging yang kini semakin populer adalah teknik dry-aged, yang memberikan sensasi makan steak dengan cita rasa dan tekstur yang berbeda dari daging biasa.

Dry-aged sendiri adalah teknik menyimpan daging di dalam lemari khusus untuk menghasilkan tekstur yang lebih empuk serta cita rasa yang kaya. Lama penyimpanan daging dalam proses ini bervariasi, mulai dari 21 hari hingga lebih dari 200 hari, tergantung pada hasil akhir yang ingin dicapai.

Bagi pencinta steak, menu dry aged seperti 21-Day Aged Pecorino Tomahawk dan 21-Day Whiskey Aged Ribeye dari High Table tampaknya wajib dicoba. 

Menurut Mukhlis Indra Bayu, Head Chef High Table, proses dry-aging bertujuan untuk memperkaya rasa dan kelembutan daging. Salah satu menu andalan restoran ini adalah 21-Day Aged Pecorino Tomahawk dan 21-Day Whiskey Aged Ribeye. Kedua menu ini menggunakan Australian Wagyu dengan Marble Score 7 (MB7), yang menawarkan pilihan ukuran sesuai selera pengunjung.

“Untuk tomahawk, rasa gurihnya lebih menonjol karena ada sentuhan dari keju pecorino. Sedangkan ribeye yang menggunakan whiskey dalam proses aging punya cita rasa lebih kompleks,” jelas Chef Indra Bayu dalam keterangannya kepada VOI

Suasana resto berkonsep unik

Januar Ramadhanu, pemilik High Table, mengakui steak house semakin banyak bermunculan di Jakarta. Namun, restoran miliknya menawarkan konsep yang berbeda dan unik.

Desain interior restonya terinspirasi dari suasana kabaret Paris di Montmartre serta irama soul dari era 1920-an yang juga terlihat dalam film John Wick.

“Kebanyakan steak house identik dengan dekorasi yang mewah dan formal, sehingga kadang membuat tamu merasa kurang nyaman. Di sini, kami memilih konsep cozy dengan dominasi warna putih agar suasana lebih santai dan tidak terkesan intimidatif,” jelas Januar.

Saat malam tiba, pengunjung dapat menikmati alunan musik jazz secara langsung dari musisi-musisi berbakat.

“Kombinasi suara saksofon, biola, dan vokal penuh emosi melengkapi pengalaman menyantap steak premium yang dipanggang dengan sempurna. Kami ingin menciptakan harmoni antara cita rasa dan melodi,” tambahnya.

Selain menyajikan berbagai varian steak, High Table juga memiliki menu alternatif bagi pengunjung yang ingin mencoba sesuatu berbeda.

Tersedia hidangan seperti nasi goreng, pasta, ayam panggang, hingga aneka olahan ikan. Salah satu menu spesial yang bisa dicoba adalah Scallop Mac & Cheese. Hidangan ini menggabungkan makaroni, saus keju béchamel, dan scallop, menciptakan tekstur creamy yang lezat dan memanjakan lidah.