Siklon Tropis Seroja Sudah Menjauhi Indonesia, BMKG Prediksi Terjadi Gelombang Tinggi
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, saat ini Siklon Tropis Seroja sudah bergerak semakin menjauh dari Indonesia. Menurutnya, puncak siklon terjadi pada Senin, 5 April dini hari.
"Saat ini sudah menjauh, bergerak ke barat daya. Pada tanggal 7 April diprediksi siklon sudah semakin menjauhi Indonesia,” ujar Dwikorita dalam keterangan pers, Selasa, 6 April.
Dwikorita menjelaskan, Siklon Tropis Seroja adalah siklon terkuat dari siklon tropis yang pernah terdeteksi sebelumnya di Indonesia.
Siklon ini sebagai dampak naiknya suhu muka air laut di perairan yang sudah mencapai 30 derajat Celcius. Angka ini lebih tinggi dari biasanya yakni 26 derajat Celcius.
Menurut Dwikorita, Siklon Tropis Seroja tidak seperti siklon tropis lainnya. Saat terbentuk, siklon ini pusarannya berada di darat sehingga memberikan dampak cukup signifikan.
Baca juga:
- Cuaca Ekstrem Akibat Siklon Tropis Seroja, Jokowi Minta BMKG Gencarkan Peringatan Dini
- Harapan Agar Semesta Mendukung dalam Upaya Penanggulangan Banjir Bandang Nusa Tenggara Timur
- Keberatan Rizieq Shihab Ditolak, Alasan Hakim Dakwaan Jaksa Sesuai Aturan
- Usai Rizieq Shihab, Majelis Hakim Tolak Eksepsi 5 Mantan Petinggi FPI Kasus Kerumunan Petamburan
Pada saat awal terbentuk Siklon Tropis Seroja memiliki kecepatan pusaran 85 km per jam. Saat bergerak menjauhi Indonesia, kecepatan pusarannya akan meningkat menjadi 110-130 km per jam.
“Siklon terkuat sebelumnya Siklon Cempaka pusatnya di lautan, yang masuk ke darat hanya ekornya, sehingga begitu masuk ke darat pecah terurai. Tapi Siklon Seroja ini pusarannya masuk ke pulau,” jelas dia.
Kendati demikian, BMKG mengingatkan diperkirakan masih akan terjadi hujan lebat disertai angin kencang di NTT. Seiring dengan semakin menjauhnya siklon tersebut, pada hari ini hingga besok, Rabu 7 April 2021.
Selain itu, BMKG juga memprediksi akan terjadi gelombang tinggi di sejumlah perairan sekitar, yang dikhawatirkan mirip dengan gelombang tsunami.
"Meskipun kekuatannya tidak seperti tsunami namun air laut yang masuk darat bisa merusak," kata Dwikorita.