Menlu AS Blinken Kembali Terbang ke Timur Tengah Cari Cara Akhiri Konflik Gaza dan Redakan Situasi di Lebanon

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken untuk kesekian kalinya kembali terbang ke Timur Tengah guna meluncurkan dorongan lain untuk mewujudkan gencatan senjata, berusaha menghidupkan kembali negosiasi untuk mengakhiri perang Gaza dan meredakan konflik di Lebanon.

Rencananya, Menlu Blinken akan membahas dengan para pemimpin di Israel dan negara-negara Arab tetangga tentang pentingnya mengakhiri perang di Gaza, cara-cara untuk memetakan rencana pascakonflik bagi daerah kantong Palestina, dan cara mencapai solusi diplomatik untuk konflik antara Israel dan Hizbullah, kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 22 Oktober.

Perjalanan Hari Senin adalah kali ke-11 Menlu Blinken ke wilayah, sejak konflik terbaru di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, serta saat Israel mengintensifkan kampanye militernya melawan Hamas di Jalur Gaza dan Hizbullah di Lebanon selatan.

Israel melakukan beberapa serangan di pinggiran selatan Beirut pada Hari Senin, termasuk satu di dekat Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri, rumah sakit pemerintah utama ibu kota.

Empat orang tewas, termasuk seorang anak, dan 24 lainnya terluka, kata kementerian kesehatan negara itu.

Militer Israel mengatakan mereka menyerang "target teroris Hizbullah" di dekat rumah sakit dan fasilitas itu tidak terkena serangan, seraya menambahkan kelompok bersenjata itu "secara sistematis menanamkan aset terorisnya ke dalam penduduk sipil."

Pada bulan lalu, Israel yang telah membunuh para pemimpin Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza, sementara belum menunjukkan tanda-tanda akan mengendalikan serangan darat dan udaranya.

Pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar minggu lalu setelah pencarian selama setahun merupakan kemenangan besar bagi Israel.

Namun, para pemimpin Israel mengatakan perang harus terus berlanjut hingga kelompok itu disingkirkan sebagai ancaman militer dan keamanan bagi Israel.

Terpisah, Utusan AS Amos Hochstein mengadakan pembicaraan dengan pejabat Lebanon di Beirut pada Hari Senin mengenai syarat-syarat gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.

Hochstein mengatakan, "tidaklah cukup" bagi kedua belah pihak untuk berkomitmen pada resolusi PBB 1701, yang mengakhiri putaran terakhir konflik antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006 yang menyerukan agar Lebanon selatan bebas dari pasukan atau senjata apa pun selain milik negara Lebanon.

Ia mengatakan, baik Hizbullah maupun Israel belum melaksanakan resolusi PBB secara memadai, dan bahwa meskipun resolusi tersebut akan menjadi dasar untuk mengakhiri permusuhan saat ini, AS berusaha untuk menentukan apa lagi yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa resolusi tersebut dilaksanakan "secara adil, akurat dan transparan."

"Kami bekerja sama dengan pemerintah Lebanon, negara bagian Lebanon, serta pemerintah Israel untuk mencapai formula yang mengakhiri konflik ini untuk selamanya," katanya.

Diketahui, Israel meluncurkan operasi darat bulan lalu setelah setahun saling serang lintas batas yang dipicu oleh tembakan roket Hizbullah ke Israel untuk mendukung Hamas di Gaza.