Cholil Mahmud Sebut Musisi Independen Harus Punya Pengetahuan tentang Industri Musik

JAKARTA - Cholil Mahmud jadi salah satu pembicara dalam diskusi bertajuk “Royalti Hak Musisi, Bukan Cuan Industri” yang diselenggarakan oleh Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI) dan Koalisi Seni di earHouse Pamulang, Tangerang Selatan, Senin, 21 Oktober malam.

Musisi yang juga menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan FESMI itu melihat pentingnya pemahaman akan industri musik bagi para musisi, tak terkecuali untuk mereka yang tidak tergabung dalam label musik atau biasa disebut musisi independen.

Cholil yang memulai karier musik bersama Efek Rumah Kaca (ERK) di pertengahan tahun 2000an, mengatakan pemahaman bagaimana industri musik berjalan dapat membantu para musisi memahami apa yang menjadi hak-haknya.

Dalam hal ini, Cholil menyebut royalti sebagai hak pencipta musik jadi salah satu hal esensial yang perlu diketahui para musisi.

“Karena musik digital itu udah jadi konsumsi sehari-hari, pengetahuan royalti itu menjadi lebih penting,” kata Cholil.

Dari pengalamannya sebagai musisi independen, Cholil memberi contoh bagaimana industri musik saat itu sudah jauh berbeda dengan keadaan sekarang.

“Saya berlatarbelakang musisi independen yang kalau kita punya rilisan fisik, kita tuh produksi sendiri, dan kita jual langsung pas kita perform,” tutur Cholil.

“Di situ kita merasa apa yang terjadi di dalam industri itu kita nggak terlalu paham dan kita nggak tahu,” lanjutnya.

Musisi 48 tahun itu melihat musisi independen saat ini sudah lebih diterima, baik oleh penikmat maupun industri.

Keberadaan teknologi digital pun menjadikan para musisi independen sudah menjadi bagian dari industri musik itu sendiri.

“Menurut saya, ketika ada teknologi musik digital yang menggunakan sistem yang sudah established di luar, mereka punya aturan yang udah jalan, mereka tunduk sama sistemnya sendiri. Nah, platform ini masuk ke Indonesia, dan kita secara nggak sadar yang sudah upload ke YouTube dan lain-lain, mau nggak mau udah masuk ke industri,” ujar Cholil.

“Ini beda lagi sama paradigma dulu, yang mechanical-nya masih analog. Akhirnya paradigma kita udah beda lagi sekarang, karena kita udah bagian dari industri,” tandasnya.