Eksklusif Darius Sinathrya Memotret Karakter Seorang Ayah dalam Beragam Emosi

JAKARTA - Memasuki umur 40, Darius Sinathrya tidak berhenti menantang diri dalam berakting. Tahun ini, namanya bisa ditemui di sejumlah film terutama genre horor. Terbaru adalah Sumala yang disutradarai Rizal Mantovani.

Darius kembali berperan sebagai seorang ayah. Kali ini ia menjadi Sujiman, seorang saudagar perkebunan jagung dan pewaris usaha keluarga di Semarang. Dalam film Sumala, ia diceritakan mengalami insiden hingga terpaksa melakukan hal keji kepada anaknya.

“Sujiman sendiri memang sangat keras sebagai seorang laki-laki tumpuan perempuan untuk meneruskan di era itu dan budayanya sangat patriarki dan otoriter bahkan cenderung kata anak sekarang tegaan sehingga ketika dapat tekanan dari keluarga belum dapat keturunan karena harus terus berlanjut,” cerita Darius Sinathrya kepada VOI beberapa waktu lalu.

“(Perannya) sangat negatif tapi itulah manusia. Sangat abu-abu, batasan hitam putih gak jelas. Kalau dikulik Sujiman-nya kenapa itu pasti ada alasannya,” katanya.

Darius Sinathrya (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

Banyak mendapat peran sebagai seorang ayah untuk kesekian kalinya membuat pria kelahiran 21 Mei ini tertantang untuk selalu menghadirkan sesuatu yang berbeda dari karakternya. Karakter Sujiman yang penuh dengan ketegasan dan emosional dianggap berbeda dari sifatnya dalam keseharian.

“Secara keseluruhan beda banget, makanya aku selalu bilang kalau di kepala Darius, (Sujiman) itu gak masuk akal. Manusia masa segitunya kalau kata orang jawa, welas asih, gak ada. Hati dia kencang terus tapi kalau di logika Sujiman ya masuk akal dengan apa yang dia lewati. Sangat masuk akal semua alasan itu jelas,” jelas Darius lagi.

Lebih lanjut, Darius menyadari ia selalu mendapat peran sebagai seorang ayah. Bahkan ia mengakui ada momen ia merasakan typecast di mana ia selalu ditawari peran dan tindakan yang sama. Hal itu sempat membuatnya terpaku dengan posisi yang sama tanpa berusaha mengeksplor perannya.

“Di momen menjelang pandemi 2 tahun terakhir 2017 ke 2019, tawaran yang dateng mirip semua, sama semua. “Yah ini lagi kayak gak ada sesuatu yang baru” dan aku banyak skip juga. Hanya terlibat proyek yang ya sudah daripada gak syuting. Aku gak pernah menyesali apa yang sudah terjadi karena itu sebuah perjalanan dan aku percaya bahwa setiap karakter akan menemukan aktornya,” kenangnya.

Darius Sinathrya (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

“Menikmati prosesnya dan setelah itu lewat ternyata setelah pandemi atau di akhir masa pandemi, aku dapat karakter bapak-bapak tapi beda jadinya, memainkan sesuatu yang bisa lebih dalam untuk aku sebagai aktornya, terus berjalan sampai akhirnya ada film dan cerita dan karakter lainnya,” kata suami Donna Agnesia tersebut.

Ia mengaku di tiga tahun terakhir, ia memerankan berbagai karakter yang membuatnya keluar dari zona nyaman. Ia berusaha membedakan karakter satu dengan lainnya sebagai penguat bahwa Darius Sinathrya selalu terbuka dengan peran baru.

Pada awal tahun ini, Darius berperan sebagai Faris, seorang suami yang mendominasi dan selalu menaruh curiga dengan istrinya dalam film Possession: Kerasukan. Begitu juga dengan Sumala yang memotret Darius sebagai Sujiman, seorang pewaris keluarga yang patriarki.

“Buatku cukup menarik sih karakter-karakternya. Aku main dari horor yang kemarin tayang, horor yang ini Sumala itu bisa dilihat beda banget dan aku cukup puas. Senang dengan apa yang aku kasih di setiap karakternya. Konsisten yang aku capai, ada progres yang menarik setelah pandemi,” kata Darius.

Membedah Karakter

Darius Sinathrya (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

Untuk mematenkan karakternya, Darius Sinathrya berupaya membedah tawaran yang datang kepadanya. Ia berusaha melihat apa yang bisa ia eksplor dari karakternya dan membuat itu jadi sesuatu yang mengesankan. Konsistensinya dalam berkarya juga ia usahakan dengan membatasi proyek akting yang ia ambil untuk mengimbangi dirinya sebagai aktor dan sebagai seorang ayah di dunia nyata.

“Aku gak pernah alergi dengan genre apapun dan selalu coba eksplor. Film horor pertama yang tahun ini sebenarnya produksinya sudah di tahun 2023 karena kalau diikuti karier aku di dunia film, aku hanya ambil 1-2 film per tahun dan konsisten memang gak mau terlalu banyak.” ucapnya.

“Kalau series project bisa diselang seling tapi kalau film selain tawaran datang lebih selektif, karakternya kadang harus aku milah biar gak sama atau mirip jadi sebenarnya tantangan ini bisa diapain tapi kita gak bisa leluasa seperti itu di produksi Indonesia,” jelas pria yang pernah menjadi presenter acara bola itu.

Darius Sinathrya (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

“Sempat nyoba ya sudahlah seru project atau yang ngajakin kita kenal dekat tapi ternyata kadang gak happy ketika menjalaninya atau aku tidak menjalankan dengan baik. Apapun alasannya ya eh kan aktor katanya gak punya alasan. Tapi aku gak alergi sama film horor," kata aktor 39 tahun.

"Setiap bulan aku selalu dapat tawaran film horor, film yg lain juga tapi sesuai dengan banyak yang diproduksi, tapi gak semua aku terima. Mencoba memilih dan memilah mana yang aku rasa aku bisa kontribusi dengan maksimal,” tegasnya.

“Katanya aktor itu harus suka sama karakter agar kita maksimal dengan karakternya. Itu salah satunya yang dipertimbangkan ketika menerima tawaran,” katanya lagi.

Darius Sinathrya (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

Lalu, bagaimana seorang Darius Sinathrya memilih film? “Bayarannya cocok. Eh, itu terakhir deh!” kata Darius sambil tertawa.

“Biasanya melihat cerita dan karakter yang ditawarkan, seberapa bisa meresap dan mungkin aku tergugah bisa apapun dalam bentuk sutradaranya ini, pemainnya, PH (production house)-nya wah Hitmaker itu salah satunya bisa menjadi unsur sehingga ada ketertarikan untuk ikut terlibat. Kedua karakter, seberapa menantang, seberapa menarik untuk bisa dimainkan berperan dalam ceritanya karena kadang kita imajinasi karakternya bisa diginiin tapi sutradaranya gak mau begitu artinya cuma dalam imajinasi kita makanya penting berkolaborasi dengan sutradara,” jelasnya.

“Buatku kadang preferensi itu penting tapi lebih penting mengisi fondasi dengan alasan dan logika yang jelas daripada ambil melihat terus kita impersonate karakter yang kita mainkan. Selalu menarik kalau adaptasi kejadian nyata atau dipercaya itu urban legend dan itu ada di Sumala. Urban legend yang dipercaya terjadi bahkan sajennya masih ada, sumalanya masih ada,” kata Darius.

Mengakhiri masa kepala tiga, Darius Sinathrya merasa usianya keaktoran belum mencapai tingkatan tertinggi. Ia masih merasa banyak yang bisa digapai dan ia berharap tidak akan berhenti dalam waktu dekat.

“Aku masih merasa muda banget. Mentah dan masih mau terus belajar, eksplor terus, dan menemukan karakter yang menarik yang aku bisa benar-benar put up my energy and my mind and soul ke karakter. Mudah-mudahan di masa yang akan datang bisa hadir menyapa berkenalan dan bermain,” kata Darius Sinathrya, menutup percakapan hari itu.