Ekonom Prediksi Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 2,92 Miliar Dolar AS pada September 2024

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan neraca perdagangan pada bulan September 2024 diperkirakan surplus 2,92 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya yang tercatat surplus 2,9 miliar dolar AS.

"Kinerja bulanan ekspor diperkirakan terkontraksi 3,85 persen (mtm) meskipun laju tahunan ekspor diperkirakan tumbuh 9,21 persen (yoy)," jelasnya kepada VOI, Senin, 14 Oktober.

Josua menyampaikan laju bulanan ekspor yang terkontraksi pada bulan September dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas Batubara yang secara rata-rata turun sekitar 4,5 persen (mtm) sepanjang bulan September.

Selain itu, menurut Josua tren penurunan aktivitas manufaktur global yang terindikasi dari PMI manufaktur dari sebagian besar mitra dagang utama Indonesia melanjutkan tren penurunan dan beberapa negara seperti AS, Tiongkok dan Eropa masih berada dalam fase kontraktif.

Di sisi yang lain, kinerja bulanan impor diperkirakan kontraksi 4,5 persen (mtm) meskipun laju tahunan ekspor diperkirakan tumbuh 13,8 persen (yoy).

Josua menyampaikan penurunan kinerja impor dipengaruhi oleh potensi penurunan impor migas dan non-migas di bulan September yang lalu. Tren penurunan harga Brent pada bulan September sebesar 7,6 persen (mtm) diperkirakan akan mempengaruhi penurunan impor migas.

Sementara itu, faktor musiman penurunan impor non-migas pada bulan September dalam beberapa tahun terakhir juga diperkirakan akan mempengaruhi kinerja impor non-migas.

"Kami memperkirakan CAD akan melebar secara moderat, dari minus 0,16 persen dari PDB pada tahun 2023 menjadi minus 0,78 persen dari PDB pada tahun 2024," ucapnya.

Josua menyampaikan proyeksi ini mempertimbangkan beberapa faktor utama, termasuk normalisasi harga komoditas secara gradual dan potensi dampak pelemahan permintaan global.

"Kebijakan hilirisasi Indonesia diantisipasi untuk mengurangi ketergantungan transaksi berjalan pada harga komoditas, sehingga membantu mengurangi defisit," ujarnya.

Selain itu, Josua mengatakan serangkaian penurunan suku bunga kebijakan global tahun ini juga dapat memitigasi penurunan lebih lanjut pada harga komoditas sampai batas tertentu.