Menperin Agus Minta Permendag 8/2024 Direvisi Lagi, Kenapa?

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta adanya revisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 untuk mengatasi banjirnya barang-barang impor ke Tanah Air.

Agus menilai, jika ada pembatasan barang-barang impor, nantinya harga produk manufaktur dalam negeri bisa naik sehingga mendorong permintaan produksi.

"Sederhananya supply dan demand, kan. Begitu demand naik supply kurang (terjadi) inflasi, begitu supply banyak demand-nya turun deflasi. Supply nggak turun. Nah, supply itu dari barang-barang impor," ujar Menperin Agus saat ditemui di kantornya, Kamis, 10 Oktober.

"Suplainya masuk barang-barang impor tadi. Ini simple dari kacamata manufaktur. Itu yang menyebabkan deflasi," sambungnya.

Dia tak menampik, bahwa saat ini daya beli masyarakat memang sedang menurun. Namun, kata Agus, hal itu tak terlepas dari banjirnya barang-barang impor ke Indonesia.

"Daya belinya, kan, berkurang. I agree (setuju). Jadi, demand-nya berkurang. Ini dalam kacamata manufaktur, nih, demand-nya berkurang, tapi supply-nya tidak berkurang," katanya.

Agus menilai, banjirnya barang impor tersebut harus segera diatasi. Salah satunya dengan merevisi Permendag 8/2024.

"Apa langkah pemerintah? Saya, sih, inginnya ada revisi Permendag 8," katanya.

Tak hanya itu, Agus menilai, perlu kebijakan untuk mempersulit masuknya barang-barang impor itu dengan adanya pemindahan pelabuhan masuk atau entry point barang-barang impor ke wilayah timur Indonesia.

"Kedua, saya konsisten saja menginginkan agar entry pointnya segera kami geser ke timur (Indonesia). Ini untuk mempersulit (masuknya) barang-barang impor," tutur Agus.

Menurutnya, hal itu akan menahan laju masuknya barang-barang impor.

Dengan demikian, harga terhadap barang dan jasa dalam negeri kembali bisa bersaing. Harapannya, bisa kembali mendorong daya beli masyarakat.

"Jadi, banjirnya barang-barang (impor) itu paling tidak tertunda. (Barang-barang impor) akan masuk juga ke Jawa, tapi paling tidak tertunda dan paling tidak akan menaikkan harga atau cost itu. Paling tidak," pungkasnya.

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi deflasi pada September 2024 sebesar 0,12 persen secara bulanan atau month to month (mom). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan Agustus 2024, yakni 0,03 persen.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, deflasi pada September 2024 lebih dalam jika dibandingkan dengan Agustus 2024.

"Terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024," ucapnya dalam Konferensi Pers di Jakarta, Selasa, 1 Oktober.