Sinopsis Tale of the Land yang Tayang di BIFF 2024, Kisah Gadis Dayang yang Trauma karena Konflik Tanah
JAKARTA - Film Tale of the Land tayang perdana di Busan International Film Festival (BIFF) 2024 dalam program New Currents pada 4 Oktober. Film produksi KawanKawan Media ini merupakan debut debut penulis dan sutradara Loeloe Hendra.
Penayangannya dihadiri sang sutradara Loeloe Hendra, bersama produser Yulia Evina Bhara dan Amerta Kusuma, serta pemeran film Shenina Cinnamon, Arswendy Bening Swara, dan Yusuf Mahardika.
Tale of the Land berpusat pada seorang gadis Dayak bernama May, yang diperankan oleh Shenina Cinnamon. May dihantui oleh trauma kematian orangtuanya dalam sebuah konflik tanah, yang membuatnya tidak dapat menginjakkan kaki di tanah.
May tinggal bersama kakeknya, Tuha (diperankan oleh Arswendy Bening Swara), di sebuah rumah terapung yang terombang-ambing di atas danau yang jauh dari daratan.
Bagi sutradara Loeloe Hendra, karakter May merupakan alegori yang merefleksikan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat adat di seluruh dunia yang tanah airnya terus berubah akibat tekanan dunia modern.
Baca juga:
- Sempat Ragu, Paula Verhoeven Lega Usai Diizinkan Berhijab oleh Baim Wong
- Pernikahan Gus Zizan dan Kamila Tuai Kritik, Begini Dampak Pernikahan Dini pada Kesehatan Mental
- Pratama Arhan Kepergok Minta Rachel Vennya Berhenti Spill Bukti Perselingkuhan Azizah Salsha
- 3 Pilihan Gim yang Bisa Dimainkan Bareng Pasangan agar Tidak Bosan saat Kencan
Penulis dan sutradara Loeloe Hendra menyatakan, dalam film debutnya, ia sangat tertarik untuk mengeksplorasi bagaimana menggunakan genre fantasi tidak hanya untuk membangkitkan imajinasi dan keajaiban, tetapi juga untuk mempertajam persepsi kita tentang realitas.
Loeloe, yang menghabiskan masa kecilnya di tengah hutan Kalimantan, setiap harinya dipenuhi dengan cerita-cerita yang berhubungan dengan alam, keajaiban, dongeng, tradisi dan budaya.
“Di Kalimantan, saat ini, bentang alam yang indah harus hidup berdampingan dengan penggundulan hutan yang masif, dan masyarakat adat tercekik dalam keterbatasan antara tradisi dan modernitas. Melalui genre fantasi, saya ingin menciptakan sebuah dunia di mana karakter-karakter saya akan berkembang dalam ruang liminal ini dan ketegangan yang terus-menerus terjadi antara keajaiban dan kenyataan, antara logika dan fantasi, dan antara daratan dan air,” kata penulis dan sutradara Loeloe Hendra dalam keterangan resmi.