Beda Rawon dan Brongkos yang Sama-Sama Berkuah Hitam dari Kluwek
YOGYAKARTA - Rawon dan brongkos, dua hidangan khas Indonesia yang punya tampilan serupa, seringkali membuat penikmat kuliner bingung. Lantas apa beda rawon dan brongkos?
Sama-sama kaya akan rempah, terutama bumbu kluwak yang memberikan warna khas hitam pada kuahnya, kedua makanan ini memang punya banyak kesamaan.
Namun, jika ditelisik lebih dalam, terdapat beberapa perbedaan mendasar yang membedakan antara rawon dan brongkos.
Apa Beda Beda Rawon dan Brongkos?
Beda Asal
Dilansir dari laman Wikipedia, Brongkos adalah hidangan gulai daging dan kacang-kacangan pedas khas Jawa, terutama dari Yogyakarta dan kota-kota lain di Jawa Tengah, Indonesia.
Sementara itu, Dikatakan bahwa rawon telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Hal ini dibuktikan dengan adanya naskah yang menyebutkan makanan ini dalam Prasasti Taji (901 M) di Ponorogo, Jawa Timur.
Dalam prasasti tersebut, rawon ditulis dengan nama "rarawwan". Prasasti ini membuat banyak orang percaya bahwa rawon berasal dari Ponorogo sebelum akhirnya menyebar ke seluruh penjuru Jawa Timur.
Memakai Keluak
Salah satu kunci kelezatan dan keunikan rawon adalah penggunaan "keluak" atau kluwek yang memberikan warna hitam gelap khas dari rawon.
Jika tidak menggunakan "keluak", bisa dibilang rawon hanyalah sup biasa. Karena warnanya yang hitam gelap, banyak wisatawan asing menyebut rawon sebagai sup hitam.
Sebelum melanjutkan, baca juga artikel yang membahas: Kluwek, Si Hitam Bumbu Rawon dan Sup Konro yang Bersifat Antimikroba
Sementara itu, brongkos yang merupakan rebusan berbahan dasar santan jega menggunakan campuran rempah-rempah yang kaya, termasuk kluwek hitam. Hanya bedanya terdapat cabai rawit utuh yang memberikan sensasi pedas mengejutkan saat digigit.
Namun perlu diketahui, keluak adalah rempah yang beracun jika tidak diolah dengan benar. Jadi, Anda tidak boleh memakannya mentah.
Beda Komposisi
Satu porsi rawon terdiri dari daging sapi, kecambah, taburan bawang goreng, kerupuk udang, telur asin, dan kuah hitam pekat. Kuah rawon sendiri kaya akan rempah dan dagingnya empuk, ditambah dengan gurihnya telur asin dan kesegaran kecambah, membuat kombinasi yang lezat dalam satu suapan rawon khas Jawa Timur.
Sementara itu, brongkos terdiri dari daging potong, seperti daging sapi, kambing, atau domba, telur rebus dan tahu. Kacang dalam brongkos biasanya kacang hitam atau kacang merah. Semuanya dikombinasikan dengan labu siam potong, dan kadang-kadang wortel.
Sejarah
Brongkos, bersama dengan gudeg, sayur lodeh, dan rawon, dianggap sebagai hidangan klasik Jawa. Hidangan ini dikenal sebagai salah satu hidangan kerajaan Kraton Yogyakarta, karena diyakini sebagai hidangan favorit Sultan Hamengkubuwono IX.
Meskipun brongkos sering dikaitkan dengan kota Yogyakarta, gulai daging dan kacang-kacangan pedas ini cukup tersebar luas dalam tradisi Jawa, terutama di Jawa Tengah, karena beberapa kota lainnya seperti Demak, Solo, Magelang, dan Temanggung.
Sementara itu, rawon telah dikenal sejak zaman Jawa kuno. Meskipun tulisan populer menyatakan bahwa Rawon tercatat dalam prasasti Taji dari tahun 901 Masehi, istilah Rawon tidak ditemukan di mana pun dalam manuskrip Taji yang disimpan di Museum Nasional Indonesia.
Taji hanya mencatat informasi tentang makanan yang dikonsumsi oleh orang Jawa kuno, seperti nasi, kerbau, ayam, makanan asin, dendeng, ikan, dan telur.
Menurut Prof. Timbul Haryono, seorang ahli arkeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Rawon telah ada sejak zaman Jawa kuno. Keluak, bahan utama Rawon yang menciptakan warna hitamnya, disebutkan dalam Serat Centhini.
Selain beda rawon dan brongkos, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!