Korban Tewas Terus Bertambah, PM Sementara Sebut Lebanon Sangat Butuh Gencatan Senjata
JAKARTA - Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan pada Hari Rabu, negaranya membutuhkan gencatan senjata terkait konflik antara kelompok militan Hizbullah dengan Israel.
Konflik lintas batas yang sudah berlangsung sejak konflik di Gaza, Palestina antara Hamas dengan Israel pecah tahun lalu, meningkat sejak Oktober lalu, menyebabkan korban luka dan tewas bertambah, sementara sekitar 1,2 juta orang di Lebanon telah mengungsi.
"Hentikan pertempuran. Kami tidak membutuhkan lebih banyak darah. Kami tidak membutuhkan lebih banyak kehancuran," kata PM Mikati dalam pengarahan daring yang diselenggarakan oleh Satuan Tugas Amerika untuk Lebanon, sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat, melansir Reuters 3 Oktober.
"Ada kebutuhan mendesak untuk gencatan senjata," lanjutnya.
PM Mikati mengatakan, akhir diplomatik untuk perang yang meningkat akan menjadi "kemenangan bagi" Israel dan Lebanon dan "semua pihak" akan menghormati kesepakatan tersebut.
Perdana menteri sementara mengatakan, dia berharap untuk mengerahkan 10.000 tentara Lebanon di selatan jika gencatan senjata disetujui.
Terpisah, Unit Manajemen Bencana Lebanon mengumumkan bahwa jumlah warga sipil yang tewas dalam serangan Israel di Lebanon sejak 8 Oktober lalu telah melonjak menjadi 1.873 orang dan 9.134 orang luka-luka, seperti dikutip dari WAFA.
Baca juga:
- Presiden Zelensky Harapkan Dukungan Sekutu untuk Ukraina Sama Seperti yang Diterima Israel
- Presiden Biden Tegaskan AS Tidak akan Mendukung Serangan Israel ke Situs Nuklir Iran
- Rusia Tepis Kemungkinan Dialog Strategis Nuklir dengan Amerika Serikat di Tengah Kebijakan Bermusuhan
- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei Sebut AS dan Eropa Akar Penyebab Masalah Regional
"Jumlah pengungsi dari daerah-daerah yang terkena agresi Israel telah melampaui satu juta orang, termasuk 155.600 orang yang terdaftar di tempat-tempat penampungan," tambahnya.
Sejak 23 September, Israel telah melancarkan serangan "paling kejam dan ekstensif” terhadap Lebanon, yang sejauh ini telah mengakibatkan terbunuhnya 1.073 korban jiwa, termasuk anak-anak dan wanita, serta melukai 2.955 lainnya, menurut data dari pihak berwenang Lebanon.