Bagikan:

JAKARTA - Sembilan orang tewas dan tiga lainnya terluka akibat serangan Israel di dua kota di Lebanon selatan, Talousa dan Haris, ketika militer Israel mengatakan pihaknya menyerang puluhan sasaran Hizbullah di seluruh Lebanon.

Pihak berwenang Lebanon melaporkan dua kematian tambahan dalam serangan Israel di bagian lain Lebanon selatan, termasuk seorang anggota keamanan negara yang terbunuh saat bertugas, sehingga jumlah korban tewas pada Senin, 2 Desember, menjadi 11 orang.

Serangan terbaru Israel terjadi tak lama setelah Hizbullah menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata dan menembakkan rudal ke posisi militer Israel di kawasan Peternakan Shebaa yang disengketakan.

Warga di Beirut juga mengatakan kepada Reuters, mereka mendengar drone terbang di ketinggian rendah pada malam hari.

Baku tembak ini menempatkan gencatan senjata yang ditengahi AS antara keduanya dalam posisi yang semakin rapuh kurang dari seminggu setelah gencatan senjata diberlakukan.

Gencatan senjata tersebut melarang Israel melakukan operasi militer ofensif di Lebanon, sekaligus mewajibkan Lebanon untuk mencegah kelompok bersenjata, termasuk Hizbullah, melancarkan serangan terhadap Israel.

Militer Israel melaporkan tidak ada korban jiwa dalam dua peluncuran rudal Hizbullah, namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji akan memberikan respons yang “kuat”.

Hizbullah mengatakan serangan roketnya, operasi pertama yang diumumkan kelompok itu sejak gencatan senjata mulai berlaku pada Rabu pekan lalu, merupakan pembalasan atas pelanggaran berulang-ulang Israel terhadap gencatan senjata.

Berri mendesak komite yang bertugas memantau gencatan senjata untuk “segera” memastikan Israel menghentikan pelanggarannya.

“Kami terlibat melalui mekanisme dengan Perancis, Israel, dan Lebanon untuk menyelidiki dan menangani laporan pelanggaran,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, seraya mengatakan periode gencatan senjata awal seringkali rapuh namun secara umum berhasil mengurangi kekerasan.