Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei Sebut AS dan Eropa Akar Penyebab Masalah Regional
JAKARTA - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Sayyid Ali Khamenei meminta pertanggungjawaban Amerika Serikat dan sejumlah pemerintah negara Eropa atas bentrokan, perang, kekhawatiran dan permusuhan yang telah melanda kawasan tersebut.
Itu dikatakan Khamanei saat bertemu dengan elite akademis dan ilmuwan berbakat di Imam Khomeini Hussainiyah, Teheran, pada Hari Rabu.
Khamanei memulai pertemuan tersebut dengan berbicara tentang kematian Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah yang tewas di Beirut dalam serangan Israel pada tanggal 27 September.
"Kita sedang berduka saat ini. Saya, khususnya, sangat berduka. Kehilangan Sayyid Hassan Nasrallah bukanlah hal yang kecil. Meskipun suasana di negara ini sedang berduka cita, saya memilih untuk tidak menunda pertemuan dengan para elit ini, yang telah direncanakan," ungkapnya dikutip dari Tasnim 3 Oktober.
Lebih lanjut Ayatollah Khamenei menggarisbawahi alasan diadakannya pertemuan para elite pada waktu yang dijadwalkan, dengan menyatakan, "Pesan dari pertemuan ini adalah bahwa meskipun kita sedang berduka, ini tidak berarti bahwa kita harus hanya duduk di sudut dan berkubang dalam keputusasaan. Sebaliknya, duka kita memiliki sifat yang sama seperti duka Imam Hussain (AS). Ia menghidupkan kembali, mendorong, dan mengilhami antusiasme untuk bekerja dan maju."
"Akar masalah dan penyebab mendasar konflik dan perang di kawasan ini terletak pada kehadiran Amerika Serikat dan negara-negara Eropa tertentu yang secara keliru menganjurkan perdamaian dan ketenangan. Jika mereka meninggalkan kawasan ini, konflik dan perang akan berakhir, yang memungkinkan negara-negara tersebut untuk mengelola urusan mereka dan hidup berdampingan dalam damai dan sejahtera," urai Khamenei.
Ia menganggap dorongan Saddam Hussein untuk menyerang Iran dan hari-hari pahit dan sulit yang terjadi setelahnya sebagai contoh dari hasutan perang Amerika Serikat dan Barat di kawasan tersebut.
Baca juga:
Diketahui, Iran meluncurkan sekitar 181 rudal hipersonik ke Israel pada Selasa malam, langkah yang dikatakan pembalasan terhadap tewasnya Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Hassan Nasrallah serta seorang jenderal senior IRGC Brigjen Abbas Nilforoushan.
Serangan dilakukan usai Israel mengumumkan dimulainya serangan darat pada hari yang sama ke wilayah Lebanon selatan.
Teheran mengatakan sudah berusaha menahan diri tidak menyerang Israel usai pembunuhan Haniyeh, berharap gencatan senjata dapat tercapai di Jalur Gaza.