Beri Tahu Menteri Israel, Menlu Blinken Bilang Eskalasi hanya Mempersulit Warga Sipil Kembali ke Rumah

JAKARTA - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memberi tahu Israel pada Hari Kamis, eskalasi lebih lanjut terhadap konflik yang melibatkan Lebanon hanya akan mempersulit warga sipil untuk kembali ke rumah di kedua sisi perbatasan, kata Departemen Luar Negeri.

Ketegangan antara Israel dengan kelompok militan Hizbullah di perbatasan Lebanon yang sudah berlangsung hampir setahun terakhir, meningkat pekan ini dengan serangan udara Israel di balas oleh roket dan drone Hizbullah.

Itu membuat warga sipil di perbatasan kedua belah pihak harus mengungsi. Pemerintahan PM Israel terus berupaya untuk mengembalikan warganya ke rumah dan keamanan di perbatasan utaranya.

"Menteri membahas pentingnya mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata 21 hari di perbatasan Israel-Lebanon," kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan yang mengacu pada pembicaraan antara Menlu Blinken dan Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer, melansir Reuters 27 September.

"Ia menggarisbawahi eskalasi konflik lebih lanjut hanya akan membuat tujuan (kepulangan warga sipil) itu semakin sulit," lanjut pernyataan itu.

Departemen Luar Negeri menambahkan bahwa Blinken juga membahas upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza, serta langkah-langkah yang perlu diambil Israel untuk meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan di daerah kantong tempat hampir seluruh 2,3 juta penduduk mengungsi dan terjadi krisis kelaparan.

Sebelumnya, Israel menolak seruan global pada Hari Kamis untuk gencatan senjata dengan gerakan Hizbullah, menentang sekutu terbesarnya di Washington dan terus maju meski serangan yang telah menewaskan ratusan orang di Lebanon, meningkatkan kekhawatiran akan perang regional habis-habisan.

Terlepas dari sikap Israel, AS dan Prancis berusaha untuk tetap menjaga prospek gencatan senjata 21 hari yang mereka usulkan pada Hari Rabu, mengatakan negosiasi terus berlanjut, termasuk di sela-sela pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat.

Diketahui, Washington telah menghadapi kritik global dan domestik yang meningkat atas dukungannya terhadap Israel di tengah eskalasi konflik di Lebanon, tempat serangan Israel telah menewaskan ratusan orang dalam beberapa hari terakhir.

Para kritikus mengatakan Washington belum memanfaatkan bantuannya untuk menekan Israel agar menerima seruan gencatan senjata.