TON Sangat Bergantung pada Telegram, Bagaimana Masa Depannya Tanpa Pavel Durov?
JAKARTA - Dalam setahun terakhir, jaringan blockchain TON (The Open Network) telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Keberhasilan permainan berbasis blockchain seperti Hamster Kombat dan kenaikan nilai tokennya, Toncoin, yang telah berlipat ganda sejak Januari 2024, menjadi pendorong utama. Bahkan, Toncoin kini berada di jajaran 10 besar aset kripto berdasarkan kapitalisasi pasar, melampaui Bitcoin dan Ether dalam performa tahun ini. Namun, di balik kesuksesan tersebut, TON menghadapi tantangan besar terkait keterikatannya dengan aplikasi pesan instan Telegram, terutama setelah penangkapan pendiri Telegram, Pavel Durov. Kejadian ini memunculkan pertanyaan: apakah TON bisa bertahan jika terpaksa berpisah dari Telegram?
TON secara mendalam terhubung dengan Telegram, baik dari segi teknologi maupun basis penggunanya. Laporan riset terbaru dari Bitget, yang juga merupakan salah satu investor strategis TON senilai 30 juta Dolar AS (Rp453 miliar), menyebutkan bahwa perkembangan TON sangat bergantung pada lalu lintas pengguna Telegram. Hal ini dianggap sebagai risiko besar, terutama karena Telegram sendiri sedang berada di bawah pengawasan ketat otoritas regulasi setelah penangkapan Durov.
Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah aplikasi Wallet milik Telegram, yang memungkinkan pengguna mengirim dan menerima kripto seperti Toncoin. Aplikasi ini telah dihentikan sementara di Inggris karena belum mendapat persetujuan dari Financial Conduct Authority (FCA). Keadaan ini semakin memperkuat ketidakpastian masa depan TON, terutama di pasar global.
Laporan Bitget menyarankan kemungkinan de-Telegramisasi — yaitu upaya untuk memisahkan TON dari Telegram — sebagai salah satu cara untuk mengurangi risiko regulasi yang dihadapi. Namun, langkah ini bukan tanpa risiko. Dengan memisahkan diri dari Telegram, TON berpotensi kehilangan basis pengguna besar yang selama ini menjadi salah satu kekuatan utama jaringan ini.
Dikutip dari Crypto News, Ron Millow, seorang pengusaha blockchain yang sebelumnya terlibat dalam proyek Free TON, mengkritisi perkembangan TON saat ini. Menurutnya, infrastruktur DeFi (decentralized finance) di TON sangat lemah, dan keterikatan dengan Telegram justru menghambat desentralisasi yang seharusnya menjadi tujuan utama proyek ini.
“Mereka terikat erat. Tidak ada upaya pemasaran atau rebranding yang bisa mengubah kenyataan ini. Satu-satunya solusi adalah penyatuan kembali tim Toncoin dengan Everscale di bawah satu bendera baru,” ungkap Millow.