Menlu Retno Tegaskan Gangguan pada Sumber Air Tawar Pengaruhi Ekosistem, Ketahanan Pangan dan Kesehatan
JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, gangguan pada sumber air tawar mempengaruhi ekosistem hingga kesehatan di seluruh belahan dunia.
Menlu Retno menyampaikan itu dalam Pertemuan Tingkat Tinggi "United by Water: Securing Our Collective Water Future Amidst Rising Seas and Melting Glaciers" yang diadakan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat Hari Rabu.
Dalam kesempatan tersebut Menlu Retno menekankan peran krusial air dalam menjamin masa depan negara-negara kepulauan seperti Indonesia.
Dalam pidatonya Menteri Retno menyatakan, air bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga sumber kerentanan bersama, terutama bagi negara-negara yang menghadapi ancaman nyata dari naiknya permukaan laut dan mencairnya gletser.
Menlu Retno menyoroti posisi unik Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, menekankan bahwa tantangan yang dihadapi negara-negara pulau kecil juga merupakan tantangan Indonesia.
"Naiknya permukaan laut dan mencairnya gletser memiliki dampak yang luas bagi negara-negara kepulauan, termasuk Indonesia," ujar Menlu Retno, dalam keterangan Kementerian Luar Negeri RI, Kamis 26 September.
"Gangguan pada sumber air tawar dan pola cuaca sangat mempengaruhi ekosistem, ketahanan pangan dan kesehatan di seluruh dunia," jelas Menlu Retno.
Ada dua poin penting yang ditekankan Menlu Retno mengenai isu air global dalam kesempatan kali ini.
Pertama, tindakan mendesak terhadap perubahan iklim. Menteri Retno menyerukan perlunya tindakan global yang segera dan mendesak terkait perubahan iklim, menekankan upaya mitigasi dan adaptasi harus berjalan beriringan untuk menangani permasalahan ini.
Ditekankan olehnya pentingnya komitmen politik untuk memandu inovasi dan tindakan konkret, dengan fokus pada prinsip "tidak meninggalkan siapa pun."
"Kita harus menempatkan air dalam agenda politik tinggi setiap negara," tegasnya, seraya menyoroti perlunya memperluas pembiayaan inovatif untuk tindakan terkait air dan iklim, termasuk meningkatkan pendanaan iklim, dalam keterangan Kementerian Luar Negeri RI 26 September.
Hal penting berikutnya adalah pelaksanaan program inovatif. Menlu Retno menegaskan komitmen Indonesia terhadap program pengelolaan air yang inovatif, merujuk pada hasil dari Forum Air Dunia ke-10 yang diselenggarakan di Bali pada Mei lalu.
"Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu guna mengoptimalkan sumber daya air di berbagai sektor," katanya.
Baca juga:
- Menlu Retno: Kegagalan Multilateralisme Berdampak Signifikan, Kekuatan Mendominasi Keadilan
- Iran Tidak akan Membiarkan Lebanon Sendirian Menghadapi Serangan Israel
- 1.200 Tahanan Gaza di Penjara Gurun Negev Israel Dilaporkan Mengalami Penyiksaan Sistematis
- Rinciannya Tidak Jelas, Otoritas Palestina Tolak 88 Jenazah yang Dikirim Israel
"Selain itu, Indonesia telah mengembangkan program berbasis komunitas yang bertujuan untuk membangun infrastruktur air minum dan sanitasi, serta sistem pengelolaan air limbah. Program- program ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 6)," lanjut Menlu Retno.
Menteri Retno menekankan pentingnya menjadikan air sebagai faktor pemersatu dalam menghadapi tantangan global bersama.
"Air adalah kehidupan, dan melindunginya adalah tanggung jawab kita bersama," pungkas Menteri Retno.