Kecam Perang di Ukraina, Gaza dan Sudan, Sekjen PBB: Warga Sipil Menanggung Akibatnya
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada Hari Selasa mengecam semakin banyaknya pemerintah dan kelompok lain yang merasa "berhak atas kartu bebas dari penjara," menyoroti perang di Ukraina, Jalur Gaza dan Sudan.
"Mereka dapat menginjak-injak hukum internasional. Mereka dapat melanggar Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata Sekjen Guterres kepada para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB, melansir Reuters 25 September.
"Mereka dapat menyerang negara lain, menghancurkan seluruh masyarakat, atau sama sekali mengabaikan kesejahteraan rakyat mereka sendiri. Dan tidak akan terjadi apa-apa," lanjutnya.
"Tingkat impunitas di dunia tidak dapat dipertahankan secara politik dan tidak dapat ditoleransi secara moral," tegas Sekjen PBB.
Dengan perang yang berlangsung hampir setahun antara Israel dan militan Palestina Hamas di Gaza yang terkepung yang mengancam akan menelan Lebanon, tempat Israel menargetkan lebih dari seribu target Hezbollah pada hari Senin, Sekjen Guterres membuat permohonan yang berapi-api.
"Lebanon berada di ambang kehancuran," katanya.
"Rakyat Lebanon – rakyat Israel – dan rakyat dunia – tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi Gaza yang lain," lanjut Sekjen Guterres.
Rusia menginvasi negara tetangga Ukraina pada Februari 2022. Konflik baru-baru ini meningkat dengan Kyiv dengan cepat merebut tanah dalam serangan berisiko tinggi pada 6 Agustus ke wilayah Kursk Rusia, dibalas dengan peningkatan serangan pesawat nirawak dan rudal Rusia.
"Warga sipil menanggung akibatnya, dengan meningkatnya jumlah korban tewas dan hancurnya kehidupan dan masyarakat," kata Sekjen Guterres, seraya menambahkan sudah waktunya untuk perdamaian yang adil berdasarkan Piagam PBB, hukum internasional, dan resolusi PBB.
Mengenai Sudan, Sekjen Guterres mengecam "perebutan kekuasaan yang brutal" antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter yang meletus menjadi perang pada pertengahan April tahun lalu, jelang transisi yang direncanakan ke pemerintahan sipil.
"Bencana kemanusiaan sedang terjadi saat kelaparan menyebar. Namun kekuatan luar terus mengganggu tanpa pendekatan terpadu untuk menemukan perdamaian," katanya.
Pidato Sekjen Guterres menyimpulkan keadaan dunia sebagai sesuatu yang tidak berkelanjutan, tetapi mengatakan tantangan yang dihadapi dapat dipecahkan.
Baca juga:
- Menlu Retno Serahkan Instrumen Ratifikasi Traktat Larangan Senjata Nuklir
- Kepala IFRC Prihatin Kematian Pekerja Bantuan Kemanusiaan Lokal di Daerah Konflik
- Serukan Perlindungan Pekerja Kemanusiaan, Menlu Retno: Apa yang Disaksikan di Gaza Tidak Dapat Ditoleransi
- Pelapor Khusus PBB: Israel Harus Berhenti Menghancurkan Sistem Kesehatan di Palestina
"Perpecahan geopolitik terus bertambah dalam. Planet ini terus memanas. Perang berkecamuk tanpa petunjuk bagaimana akan berakhir. Dan sikap nuklir dan senjata baru menimbulkan bayangan gelap," katanya.
"Kita sedang bergerak menuju sesuatu yang tak terbayangkan – tong mesiu yang berisiko menelan dunia," pungkasnya.