Cerita di Balik Album Sydney Reunion dari Indra Lesmana dan Tiga Musisi Jazz Australia
JAKARTA - Indra Lesmana memperkenalkan proyek musik terbaru yang diberi nama Sydney Reunion Project, kuartet jazz yang terdiri dari Indra Lesmana (kibor), Steve Hunter (bass), Dale Barlow (saksofon), dan Andy Gander (drum).
Proyek musik ini telah menghasilkan sebuah album berisikan sepuluh karya instrumental. Peluncurannya pun dilakukan lewat pertunjukan di Sydney Opera House hari ini, Senin, 23 September.
Indra Lesmana menceritakan bagaimana proyek musik ini bisa terjadi, yang mana bermula dari pertemanannya dengan para musisi jazz Australia sejak tahun 1980an, ketika dirinya menempuh studi musik di Conservatorium of Music di Sydney.
“Saya harus mundur agak jauh ini. Jadi, tahun ‘79 akhir atau awal ‘80 saya pindah ke Australia bersama keluarga. Saya mendapatkan beasiswa setelah diterima di sebuah institusi yang bernama Conservatorium of Music di Sydney,” kata Indra Lesmana mengawali ceritanya kepada VOI melalui wawancara virtual baru-baru ini.
“Selama studi saya di Australia, saya bukan hanya belajar musik, tapi saya juga melakukan banyak performance, berkarya, punya band, dan lain sebagainya,” lanjutnya.
Saat itu, Indra mulai menjalani karier musiknya di Australia, yang membuatnya berkenalan dengan banyak musisi-musisi di sana.
“Pendek cerita, setelah selesai studi, saya sempat pergi ke Amerika untuk meneruskan karier musik saya di Amerika. Kemudian saya kembali ke Indonesia untuk membantu ayah saya buka sekolah musik,” tuturnya.
Baca juga:
“Sempat beberapa kali saya melakukan reuni dengan teman-teman saya dari Australia ini. Tapi reuni tersebut terhenti cukup lama lah. Kalau di Australia, saya terakhir main bareng dengan teman-teman itu tahun 1982.”
“Nah, beberapa bulan yang lalu saya pergi ke Sydney dengan maksud untuk berlibur bersama istri dan anak-anak. Namun ternyata kehadiran saya di sana diantisipasi oleh banyak orang, banyak teman-teman saya, karena memang dulunya saya punya banyak teman di Sydney. Sehingga secara tidak langsung saya mulai melakukan reuni dengan teman-teman di Sydney.”
Pertemuan Indra dengan teman-temannya memunculkan ide untuk melakukan sebuah rekaman, yang kemudian didukung penuh oleh diaspora Indonesia di Australia.
Pada akhirnya, sesi rekaman untuk album baru dijalani Indra, Steve, Dale, dan Andy di Sydney pada Mei lalu.
Tiga musisi yang disebut di atas adalah musisi jazz yang dikenal luas di Australia, yang juga sudah berteman dengan Indra sejak tahun 1980an.
“Steve Hunter adalah pemain bass elektrik, teman lama saya dalam band Nebula. Yang main saksofon namanya Dale Barlow, dia pernah satu grup sama saya, nama bandnya Children of Fantasy, tahun ‘80an juga,” ujar Indra.
“Kalau drumernya kita kenal dari tahun ‘80an juga, tapi saya nggak pernah sempat ngeband sama dia. Ini adalah kesempatan pertama untuk saya akhirnya main sama dia, namanya Andrew Gander atau dikenal dengan nama Andy Gander.”
Album “Sydney Reunion” menyajikan sepuluh karya instrumental dengan nuansa jazz fusion yang kental. Indra menulis lima lagu, sedangkan sisanya ditulis oleh Steve Hunter, Andy Gander, dan Dale Barlow.
“Ada sepuluh lagu. Jadi, saya menciptakan lima lagu, kemudian teman-teman yang lain ingin berkontribusi juga,” tutur Indra.
“Bukan hanya sebagai player, tapi mereka ingin berkontribusi sebagai pencipta lagu, sehingga Steve Hunter menyumbangkan dua lagu, Andy Gander menyumbangkan satu lagu, dan Dale Barlow menyumbangkan dua lagu,” imbuhnya.
Sejauh ini, karya berjudul “Fairlight” dari album Sydney Reunion telah dirilis melalui platform musik digital. Video musik yang menampilkan rekaman live pada Mei lalu juga hadir di kanal YouTube Indra Lesmana.
Peluncuran “Sydney Reunion” disertai dengan perilisan album fisik dalam format compact disc (CD). Sementara, forman vinyl akan dihadirkan dalam waktu dekat.
Bagi Indra Lesmana, album ini menjadi lebih spesial, karena menjadi rilisan ke-100 selama hampir lima dekade perjalanan musiknya.
Proyek musik yang didukung penuh oleh diaspora Indonesia di Australia, Ivan Paulus dan istrinya Shirley Lim, juga dilihat sebagai perayaan 75 tahun hubungan diplomasi Indonesia dan Australia lewat musik.
“Indonesia dan Australia ini bisa dibilang punya sejarah yang luar biasa terkait hubungan diplomasi dalam seni, khususnya musik. Karena itu, saya sangat menggarisbawahi bahwa karya ini juga memperingati 75 tahun diplomasi hubungan Indonesia dan Australia, karena hubungan ini juga sudah cukup panjang berjalan,” pungkas Indra Lesmana.