Mengapa Tibet tidak Dilalui Pesawat? Cek Alasannya di Sini

YOGYAKARTA – Pesawat sering menghindari dataran tinggi Tibet dalam rute penerbangannya. Ada sejumlah alasan mengapa Tibet tidak dilalui pesawat, salah satunya karena memiliki kondisi geografis yang ekstrem.

Perlu diketahui, Tibet merupakan wilayah paling tinggi di dunia, dengan ketinggan rata-rata lebih dari 4.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di dataran tingg Tibet juga terdapat Pegunungan Himalaya, tempat Gunung Everest berada.

Wilayah ini selalu dihindari pilot saat menerbangkan pesawat karena faktor geografis dan populasi yang rendah. Kendati memiliki bandara internasional di Lhasa dan Xining, penerbangan komersial yang melintasi Tibet sangat terbatas.

Pilot umumnya akan menghindari jalur penerbangan ini, meskipun melewati Tibet akan lebih efisien.

Mengapa Tibet tidak Dilalui Pesawat?

Menyadur laman Simple Flying, berikut ini adalah sejumlah alasan mengapa Tibet tidak dilalui pesawat terbang.

  1. Menghindari bahaya turbulensi

Pesawat menghindari wilayah Tibet karena mengindari bahaya turbulensi yang sering terjadi di wilayah pegunungan.

Terbang di tas pegunungan seperti di Tibet, menciptakan risiko turbulensi lebih tinggi dan sulit dihindari, terutama saat cuaca buruk.

Turbulensi yang terjadi di daerah ini tidak  hanya membahayakan penumpang, namun juga memperumit penanganan jika situasi darurat terjadi. Hal ini menjadi kurang ideal untuk penerbangan komersial.

  1. Menghindari risiko pembekuan bahan bakar

Terbang di atas wilayah pegunungan, seperti di Tibet dapat meningkatkan risiko pembekuan bahan bakar jet karena suhu yang sagat rendah.

Kendati bahan bakar jet mempunyai titik beku yang rendah, yakni sekitar -47 derjat celsius untuk Jet A1), penerbangan jarak jauh di atas wilayah dingin ini bisa menyebabkan masalah, seperti kristal es yang terbentuk dalam bahan bakar.

Insiden seperti ini pernah dialami oleh British Airways yang terbang dari China ke London, Inggris pada Januari 2008 silam.

Kala itu, kristal es menyumbat mesin dan menyebabkan pendaratan darurat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga suhu bahan bakar untuk keselamatan penerbangan.

  1. Faktor ketinggian dan pendaratan darurat

Wilayah Tibet tidak dilalui pesawat lantaran memiliki medan yang cukup tinggi, dengan rata-rata di atas 14.000 kaki (sekitar 4,26 kilometer alias km). Kondisi ini menyulitkan pesawat untuk turun denga naman dalam keadaan darurat, seperti dekompresi kabin.

Kendati pesawat terbang di ketinggian jelajah 30.000 kaki (sekitar 9,14 km) hingga 42.000 kaki (sekitar 12,8 km), jika terjadi darurat, mereka harus turun ke ketinggian 10.000 kaki (sekitar 3,04 km) untuk mendapatkan oksigen yang cukup.

Karena wilayah Tibet berada di dataran tinggi dan jumlah bandara pengalihan di wilayah itu terbatas, maskapai penrbangan memilih untuk tidak terbang di atas Tibet demi alasan keamanan.

Demikian informasi tentan mengapa Tibet tidak dilalui pesawat. Dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.