Korban Bullying SMA Binus Simprug Mengadu ke DPR, Minta Keadilan dan Bukti CCTV Diungkap
JAKARTA - Korban kasus perundungan atau bullying di SMA Binus Simprug, Jakarta Selatan, Rafiq Elvian (RE) mengadukan kejadian yang dialaminya kepada Komis III DPR dan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di gedung DPR.
Kepada DPR, siswa SMA Binus Simprug itu meminta agar dirinya bisa mendapat keadilan secara hukum.
Elvian mengaku, sejak awal masuk sekolah di Binus Simprug pada November 2023 lalu, ia tidak punya teman sama sekali. Padahal, di hari pertamanya sekolah, ia berharap dapat diterima dengan baik.
"Saya memperkenalkan diri saya. Nama saya Elvian, saya anak baru di sini. Saya harap saya dapat berkenalan dan dapat diterima dengan baik di sini. Saya berharap betul saya bisa membanggakan nama sekolah, nama bangsa Indonesia. Saya harap saya dapat bekerja sama dengan siswa-siswa lain," ujar Elvian salah memberikan keterangan di ruang rapat Komisi III DPR, Selasa, 17 September.
"Namun kenyataannya, ketika saya baru pertama kali masuk ke sekolah, di bulan November 2023, itu saya sudah mendapatkan bullying secara verbal yang tidak ada hentinya. Selalu dibully di depan umum, di depan siswa laki-laki, di depan siswa perempuan, bahkan di depan guru. Bahkan mereka melakukan pelecehan juga kepada saya di bulan pertama saya sekolah," lanjutnya.
Elvian pun heran pihak sekolah tidak mengakui adanya rekaman CCTV terkait aksi pengeroyokan dan pelecehan seksual yang dilaporkannya. Padahal, kata dia, bukti rekaman CCTV sudah jelas bahwa dirinya menerima aksi kekerasan dari siswa lainnya.
"Di bulan November 2023, terpapar jelas bahkan saya rasa di CCTV. Tetapi kenapa sekolah tidak pernah mengungkapkan CCTV itu? Kenapa sekolah hanya menunjukkan bukti-bukti atau video yang hanya menguntungkan pihak mereka dan bisa memutarbalikan semua fakta?," katanya dengan suara bergetar.
Karena itu, Elvian berharap Komisi III DPR bisa membantu mengurusi masalah perundungan di Binus Simprug ini agar tidak ada lagi siswa lainnya yang mengalami hal serupa.
Pasalnya, menurut Elvian, ada beberapa anak pelaku perundungan yang merupakan anak seorang anggota DPR, ketua partai dan pejabat Mahkamah Konstitusi (MK).
"Saya hanya anak bangsa yang bisa berharap keadilan dan mewakili para korban bully di luar sana. Saya dari awal, kemaluan saya dipegang-pegang di depan perempuan, di depan laki-laki. Kemaluan saya dipegang, pantat saya dipegang, di depan kelas, di muka umum," ungkap Elvian.
"Bahkan banyak CCTV di sana, saya yakin itu pasti banyak CCTV di sana. Di bulan November tanggal hari pertama saya sekolah, di hari berikutnya diperlakukan seperti itu," sambungnya.
Sebelumnya, SMA Binus School Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan membantah adanya siswa aksi pengeroyokan dan pelecehan seksual yang dilaporkan seorang siswa berinisial RE (16).
Dalam bantahannya, pihak Binus School Simprug turut membuka rekaman CCTV yang menampilkan kejadian pada 30 dan 31 Januari 2024.
“Bahwa berdasarkan CCTV yang kita lihat, nanti akan kita putar CCTV-nya, ternyata di sana itu yang terjadi adalah adanya istilahnya siswa ini sepakat untuk bertinju,” kata kuasa hukum Binus School Simprug, Otto Hasibuan, Sabtu, 14 September.
Dalam video tersebut, terlihat RE terkena tinju lebih dulu, namun setelahnya ia membalas dengan melayangkan beberapa pukulan ke arah lawan. Namun, ada siswa datang untuk melerai perkelahian.
"Nah kita lihat ya, jadi mereka mengajak berkelahi, tidak ada pengeroyokan. Jadi satu lawan satu berkelahi setelah itu selesai,” ucapnya.