Pecah di Banten, Jabar dan Jatim, Soliditas KIM Plus di Pilkada Jakarta Dipertanyakan
JAKARTA – Direktur Eksekutif TSRC, Yayan Hidayat menyoroti soliditas Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus di Pilkada Jakarta 2024 usai keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60 Tahun 2024 tentang ambang batas pencalonan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Sebab, putusan MK itu telah mengubah konstelasi politik sekaligus membuat partai-partai politik yang tergabung dalam KIM Plus mengkalkulasi ulang peluang mereka di Pilkada 2024, termasuk Jakarta.
“Putusan MK ini membuka kran partisipasi dan secara langsung mengubah konstelasi politik Pilkada, termasuk Jakarta. Ambisi koalisi besar seperti KIM Plus untuk mendominasi terhalang dengan Putusan MK,” ujarnya, Senin 16 September 2024.
Terlebih, pencalonan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta juga memicu kontroversi, dengan banyak pihak yang berupaya mengungkap jejak digital masa lalunya. Selain itu, lanjut Yayan, isu primordialisme antarpendukung sepakbola Viking dan Jakmania dimanfaatkan oleh beberapa kelompok untuk memengaruhi opini publik.
“Hal ini membuat partai-partai di KIM Plus terlihat mulai berhitung ulang dalam memberikan dukungan penuh kepada pasangan Ridwan Kamil dan Suswono. Salah satu indikator yang bisa kita lihat adalah mundurnya Sahroni sebagai ketua tim pemenangan, yang menurut saya menunjukkan adanya komunikasi di internal yang belum selesai,” terangnya.
Yayan mengungkapkan, Ketidaksolidan KIM Plus di beberapa daerah, seperti Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur, akan memengaruhi soliditas koalisi di Pilkada Jakarta, yang tetap menjadi epicentrum dan pusat perhatian politik nasional meski tidak menjadi ibu kota negara.
Baca juga:
Selain itu, dukungan penuh dari Gerindra terhadap Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta pun masih patut dipertanyakan. Menurut Yayan, partai pimpinan Prabowo Subianto itu tampaknya lebih fokus mendukung kader mereka, Dedi Mulyadi, di Pilgub Jawa Barat.
“Gerindra mungkin merasa sudah mencapai tujuannya di Jawa Barat (memindahkan RK ke Jakarta), di mana elektabilitas Dedi Mulyadi meningkat setelah Ridwan Kamil pindah ke Pilkada Jakarta. Berbagai dinamika ini, yang menurut saya KIM Plus tampaknya menghadapi tantangan serius dalam mencapai soliditas, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah lain,” kata Yayan.