Pemimpin Hizbullah: Kami Tidak akan Mundur di Medan Perang karena Ancaman Zionis

JAKARTA - Pejabat senior Hizbullah mengatakan, kelompok militan Lebanon tersebut tidak akan mengubah posisinya dalam perjuangan mendukung Palestina.

Menurut kantor berita Shehab Palestina, Syeikh Ali Damoush, wakil ketua dewan eksekutif Hizbullah mengatakan, ancaman Zionis Israel tidak akan mengubah persamaan perang.

Para pemukim Zionis akan kembali ke rumah mereka jika rezim Zionis menghentikan agresinya terhadap Jalur Gaza, katanya.

"Kami tidak akan mundur di medan perang karena ancaman Zionis," dilansir dari IRNA 10 September.

Diketahui, saling serang antara Israel dan Hizbullah di selatan perbatasan Lebanon terus meningkat sejak 8 Oktober, sehari setelah tentara Israel meluncurkan kampanye militer terhadap Jalur Gaza, setelah kelompok militan Palestina melancarkan serangan ke selatan Israel.

Saling serang meningkat setiap hari, seiring peningkatan serangan Israel terhadap Lebanon selatan yang menargetkan komandan Hizbullah dan belum tercapainya gencatan senjata di Gaza.

Sebelumnya, mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan, Israel harus mengalihkan fokusnya ke Hizbullah dan perbatasan Lebanon, memperingatkan "kita terlambat dalam hal ini."

"Kita memiliki cukup pasukan untuk menghadapi Gaza dan kita harus berkonsentrasi pada apa yang terjadi di utara," kata Gantz, berbicara di Washington, D.C pada sebuah forum Timur Tengah, melansir The Times of Israel.

Dalam forum itu, pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf Israel Defense Forces (IDF) ini juga mengatakan, Iran dan proksinya adalah "masalah sebenarnya."

"Waktunya utara telah tiba dan sebenarnya saya pikir kita terlambat dalam hal ini," ujarnya.

Gantz mengatakan, Israel membuat kesalahan dengan mengevakuasi sebagian besar wilayah utara negara itu saat permusuhan dengan Hizbullah berkobar menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang Gaza.

"Di Gaza, kami telah melewati titik yang menentukan dalam kampanye ini," katanya.

"Kami dapat melakukan apa pun yang kami inginkan di Gaza. Kami harus berusaha mencapai kesepakatan untuk membebaskan sandera kami, tetapi jika kami tidak dapat melakukannya dalam waktu dekat, beberapa hari atau beberapa minggu, atau apa pun itu, kami harus pergi ke utara," urai Gantz.

"Kami mampu menyerang negara Lebanon jika diperlukan. Kisah Hamas adalah berita lama," tambahnya, sebaliknya mengatakan "kisah Iran dan proksinya di seluruh wilayah dan apa yang mereka coba lakukan adalah masalah sebenarnya."