Pavel Durov Janji Telegram Akan Tanggapi Kritik terkait Moderasi Konten

JAKARTA – CEO Telegram, Pavel Durov, pada  Jumat 6 September mengumumkan bahwa aplikasi pesan yang dipimpinnya akan menanggapi kritik terkait moderasi konten dan menghapus beberapa fitur yang disalahgunakan untuk aktivitas ilegal.

Durov, yang pekan lalu ditempatkan dalam penyelidikan formal di Prancis terkait penggunaan Telegram untuk kejahatan seperti penipuan, pencucian uang, dan penyebaran gambar eksploitasi seksual anak, menyampaikan hal ini kepada 12,2 juta pengikutnya di platform tersebut.

"Walaupun 99,999% pengguna Telegram tidak ada hubungannya dengan kejahatan, 0,001% yang terlibat dalam aktivitas ilegal menciptakan citra buruk bagi seluruh platform, membahayakan kepentingan hampir satu miliar pengguna kami," tulis Durov, pengusaha teknologi kelahiran Rusia.

"Itulah sebabnya tahun ini kami berkomitmen untuk mengubah moderasi di Telegram dari area kritik menjadi area yang dipuji," ujarnya.

Meskipun tidak merinci secara jelas bagaimana Telegram akan mencapai hal tersebut, Durov menyebutkan bahwa platform tersebut telah menonaktifkan fitur unggah media baru pada alat blogging mandiri "yang tampaknya telah disalahgunakan oleh aktor anonim."

Telegram juga telah menghapus fitur People Nearby, yang jarang digunakan, karena "memiliki masalah dengan bot dan penipu", dan akan menggantinya dengan menampilkan bisnis resmi yang terverifikasi di sekitar pengguna.

Perubahan ini adalah langkah pertama yang diumumkan sejak Durov ditangkap bulan lalu di Prancis, diinterogasi selama empat hari, sebelum ditempatkan dalam penyelidikan resmi dan dibebaskan dengan jaminan.

Kasus ini menggemparkan industri teknologi global, memunculkan pertanyaan tentang batasan kebebasan berbicara online, pengawasan platform media sosial, dan apakah pemiliknya bertanggung jawab secara hukum atas perilaku kriminal oleh pengguna.

Pengacara Durov menyebutkan bahwa tidak masuk akal untuk menyelidiki CEO Telegram terkait kejahatan yang dilakukan orang lain di aplikasi tersebut.

Katie Harbath, mantan direktur kebijakan publik di Meta yang sekarang menjadi penasihat perusahaan tentang isu-isu teknologi, mengatakan, "Bagus jika Durov mulai serius menangani moderasi konten, tetapi seperti yang dialami Elon Musk dan CEO platform lain, jika ia berpikir ini hanya soal melakukan beberapa perubahan kecil, dia akan terkejut."

Telegram juga telah menghapus pernyataan di halaman FAQ-nya yang menyebutkan bahwa platform tersebut tidak memproses laporan konten ilegal di chat pribadi karena obrolan tersebut dilindungi. Durov tidak menyinggung perubahan ini dalam pesannya, namun ia menyebutkan bahwa Telegram telah mencapai 10 juta pelanggan berbayar.

Dalam unggahan sebelumnya pada Kamis, Durov mengakui bahwa Telegram tidak sempurna. "Namun klaim di beberapa media bahwa Telegram adalah semacam surga anarkis sama sekali tidak benar," tulisnya. "Kami menghapus jutaan postingan dan channel berbahaya setiap hari."

Ia juga menyatakan bahwa penyelidikan di Prancis tersebut mengejutkan, karena pihak berwenang di sana bisa saja menghubungi perwakilan Telegram di Uni Eropa, atau dirinya secara langsung, untuk menyampaikan kekhawatiran.

"Jika suatu negara tidak senang dengan layanan internet, praktik yang berlaku adalah memulai tindakan hukum terhadap layanan tersebut," tutupnya.