Pesan Paus Fransiskus di Katedral: Jangan Lupa, Setan Selalu Ada dalam Saku Kita
JAKARTA - Paus Fransiskus sempat menyinggung setan selalu ada dalam saku setiap orang yang gemar mengeruk kekayaan.
Hal ini disampaikannya ketika bicara dengan uskup, imam, suster, diakon, seminaris hingga katekis saat mengunjungi Gereja Katedral, Rabu, 4 September. Paus Fransiskus menyebut dia kenal dengan orang di Argentina yang kaya raya tapi saat meninggal sendirian.
“Orang-orang sekitarnya membuat sebuah lelucuan mengatakan, ‘anak yang malang, orang yang malang karena dia begitu ingin mendapatkan dari yang lain, tapi kemudian tidak bisa menutup peti jenazahnya sendiri’,” kata Paus Fransiskus.
“Setan selalu ada di dalam saku kita. Apakah anda percaya?” sambung dia.
Paus Fransiskus lantas menerangkan dunia memang akan selalu bergerak maju. Tapi, manusia tak boleh memanfaatkannya untuk kepentingan pribadinya melainkan harus memperhatikan sesamanya.
Bahkan, setiap umat katolik diminta untuk selalu mengedepankan bela rasa antar manusia. “Oleh karena itu tolong jangan lupa, setan selalu ada di dalam saku,” tegas pemimpin umat Katolik ini.
Baca juga:
- Keluarga Mahasiswi PPDS Undip Aulia Risma Laporkan Perundungan ke Polda Jateng
- Israel Balik Gempur Hizbullah Usai Diserang Rudal dari Lebanon
- Usai Gempur Poltava, Serangan Rudal Rusia ke Lviv Ukraina Tewaskan 7 Orang
- Pesan Paus Fransiskus ke Uskup hingga Seminaris: Memberitakan Injil Tak Berarti Memaksakan Iman
Sementara itu, Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Sukur menjelaskan pesan Paus Fransiskus ini bermakna agar manusia berhati-hati dengan uang. Jangan sampai materi menguasai hati.
“Dia katakan setan itu ada dalam saku, dalam pengertian uang, yang mempengaruhi orang kalau tidak lagi memiliki hati kasih, maka uang itu akan membuat orang menjadi berlaku seperti setan. Memusuhi orang, mengeruk orang, hanya karena dia mendewa-dewakan uang. Itu maksudnya saku itu,” ungkapnya saat ditemui wartawan di halaman Gereja Katedral, Jakarta.
“Jadi uang itu, ya, memang itu menjadi godaan tatkala tidak ada kesediaan untuk berbela rasa, berbagi. Seperti dia kasih contohkan orang kaya di Argentina tadi kan, bahkan kasian orangnya meninggal, tidak ada lagi yang bisa dimasukkan sesuatu di dalam (petinya, red),” pungkas Uskup Bogor tersebut.