Jubir Kremlin Bilang Agenda Barat Memacu Perubahan Doktrin Nuklir Rusia
JAKARTA - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Hari Rabu, eskalasi perang di Ukraina oleh Washington dan tindakan kolektif Barat, membuat Rusia perlu merevisi doktrin nuklirnya.
Rusia baru-baru ini mengatakan akan membuat perubahan pada kebijakan yang menetapkan keadaan penggunaan senjata nuklirnya, tetapi belum merinci perubahan tersebut.
Doktrin nuklir yang ada, yang ditetapkan dalam dekret Presiden Vladimir Putin pada tahun 2020, mengatakan Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir oleh musuh atau serangan konvensional yang mengancam keberadaan negara.
Revisi tersebut dilakukan "dengan latar belakang tantangan dan ancaman yang ditimbulkan oleh negara-negara yang disebut Barat kolektif", kata Peskov, melansir Reuters 4 September.
Moskow mempertimbangkan kemungkinan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh yang dipasok Amerika Serikat dalam serangannya jauh ke wilayah Rusia, tambahnya.
Ukraina sendiri sejak lama mendesak sekutu-sekutunya untuk membiarkannya menembakkan senjata-senjata Barat ke sasaran-sasaran yang jauh ke dalam wilayah musuh.
Seruan-seruan itu semakin keras seiring dengan meningkatnya serangan udara Rusia terhadap fasilitas energi Ukraina dan infrastruktur lainnya, serta blok-blok apartemen.
Baca juga:
- Dubes Slovenia Sebut Kesabaran DK PBB Soal Gencatan Senjata Gaza Hampir Habis
- Presiden Jokowi: Indonesia Sangat Mengapresiasi Sikap Vatikan yang Terus Menyuarakan Perdamaian di Palestina
- Presiden Jokowi dan Defile Pasukan Sambut Kunjungan Kenegaraan Paus Fransiskus di Istana Kepresidenan
- Gedung Putih Minta Otoritas Federal Tingkatkan Upaya Keamanan Perutean Internet
"Jelas bahwa Ukraina akan melakukan ini," lapor kantor berita RIA mengutip pernyataan Peskov.
"Kami mempertimbangkan semua ini," tandasnya.
Juni lalu, Peskov mengatakan Rusia telah memulai memperbarui doktrin nuklirnya, mengutip apa yang dikatakan oleh Presiden Vladimir Putin sebelumnya.