Wakil Menteri Luar Negeri Sebut Rusia akan Ubah Doktrin Nuklirnya karena Ulah Barat
JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov mengatakan, Rusia akan mengubah doktrin nuklirnya berdasarkan analisis konflik terbaru dan tindakan Barat terkait operasi militer khusus.
"Seperti yang telah kami katakan berulang kali sebelumnya, pekerjaan tersebut berada pada tahap lanjut, dan ada niat yang jelas untuk memperkenalkan koreksi (pada doktrin nuklir) yang disebabkan, antara lain, oleh pemeriksaan dan analisis perkembangan konflik baru-baru ini, termasuk, tentu saja, segala sesuatu yang berhubungan dengan arah eskalasi musuh Barat kita terkait operasi militer khusus," jelas Ryabkov kepada TASS, seperi dilansir 1 September.
Lebih lanjut ia menerangkan, dokumen terkait sedang diselesaikan, tetapi masih terlalu dini untuk membicarakan kerangka waktu tertentu untuk penyelesaiannya.
"Kerangka waktu untuk penyelesaiannya adalah masalah yang agak rumit, mengingat kita berbicara tentang aspek terpenting dari keamanan nasional kita," jelas Ryabkov.
Sebelumnya, Ryabkov mencatat tindakan Barat menimbulkan masalah pembaruan doktrin nuklir Rusia sesuai dengan persyaratan saat ini.
Menurut diplomat senior itu, situasi kebijakan luar negeri sedang meningkat secara serius karena tindakan AS dan sekutunya, dan Moskow terus-menerus menganalisis, seberapa baik dokumen pencegahan nuklirnya memenuhi tantangan ini.
Mengutip Reuters, beberapa analis militer Rusia yang agresif telah mendesak Putin untuk menurunkan ambang batas penggunaan nuklir untuk "menyadarkan" musuh-musuh Rusia di Barat.
Baca juga:
- Negara Ini akan Buru Gajah, Zebra hingga Kuda Nil: Dagingnya untuk Warga yang Terdampak Kekeringan
- Arkeolog AS Tewas Tenggelam Setelah Replika Kapal Viking yang Ditumpanginya Terbalik saat Ekspedisi
- Balita Ini Tidak Sengaja Pecahkan Guci Zaman Perunggu Berusia 3.500 di Museum
- Ada Kesalahan Sistem: 300 Penumpang Beli Tiket Pesawat Kelas Satu Seharga Rp295 Juta cuma Rp52 Juta
Amerika Serikat dan sekutunya mengatakan, mereka membantu Ukraina mempertahankan diri dari perang agresi bergaya kolonial oleh Rusia. Sementara, Presiden Putin pada hari pertama invasi Februari 2022 lalu mengatakan, siapa pun yang mencoba menghalangi atau mengancamnya akan menderita "konsekuensi yang belum pernah Anda hadapi dalam sejarah Anda".
Diketahui, Presiden Vladimir Putin sebelumnya mengatakan, doktrin nuklir Rusia adalah dokumen yang berlaku, yang dapat diamandemen jika perlu.
Menurut doktrin nuklir 2020, Rusia dapat menggunakan senjata nuklirnya, jika musuh menggunakan senjata pemusnah massal jenis ini atau lainnya terhadap Rusia atau sekutunya, jika informasi terverifikasi tentang peluncuran nuklir untuk menyerang Rusia atau sekutunya diterima, jika musuh menyerang fasilitas, yang diperlukan untuk tindakan nuklir respons, dan dalam kasus agresi konvensional terhadap Rusia, jika keberadaan negara itu terancam.