Erina Gudono Tone Deaf, Kaesang Pangarep Berutang Penjelasan kepada Publik atas Gaya Hidup Mewah
JAKARTA – Keluarga Presiden Joko Widodo, terutama putra bungsunya, Kaesang Pangarep dan menantu, Erina Gudono menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa hari ke belakang. Erina disebut memamerkan gaya hidup tak wajar melalui unggahan di media sosialnya.
Saat hampir semua elemen masyarakat di berbagai daerah melakukan demonstrasi menentang rencana badan legislatif (Baleg) DPR menganulir putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai ambang batang pencalonan dan batas usia calon kepala daerah di Pilkada 2024, unggahan Erina membuat fokus terpecah.
Erina diketahui melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi S2-nya di University of Pennsylvania. Ia akan mengambil fokus studi di Non-Governmental Organization/Non-profit Leadership.
Dalam perjalanannya ke Negeri Paman Sam, Erina mengunggah foto jendela pesawat dengan pesan bertuliskan “USA here we go” di Instagram story-nya, Rabu (21/8/2024). Tapi unggahan pemilik nama lengkap Erina Sofia Gudono ini malah menjadi awal kegaduhan warganet di media sosial, selain sambil terus mengawasi putusan MK.
Flexing Hidup Mewah
Kegaduhan ini dimulai dari akun Instagram @mitastic yang mempertanyakan pesawat yang ditumpangi Erina dan Kaesang. Pemilik akun tersebut mempertanyakan jendela pesawat seperti yang difoto Erina, karena menurutnya tidak seperti jendela pesawat komersial.
Melalui penelurusan gambar Google, jendela pesawat di foto Erina merupakan jendela pesawat jet pribadi Gulfstream.
Dari sana publik ramai-ramai membedah unggahan Erina. Mulai dari harga sewa, sampai siapa pemilik jet pribadi tersebut. Penggunaan jet pribadi yang digunakan Kaesang dan istrinya yang tengah hamil tua dianggap tidak wajar, lantaran mereka merupakan keluarga pejabat negara.
Jet pribadi merupakan salah satu moda transportasi paling mewah yang hanya digunakan oleh segelintir orang. Bukan apa-apa, biaya sewa untuk sekali menggunakan jet pribadi sangat mahal bahkan sampai miliaran rupiah.
Kembali ke jet pribadi yang digunakan Erina dan Kaesang dalam perjalanan mereka ke AS, warganet menduga mereka menggunakan seri Gulfstream G650 yang merupakan salah satu jet pribadi paling canggih, paling cepat mengudara dengan kapasitas 15 orang. Jet pribadi Gulfstream G650 ini dibanderol 70 juta dolar AS atau setara Rp1,09 triliun.
Untuk menyewa pesawat ini, penyewa harus merogoh kocek 11 ribu sampai 17 ribu dolar AS atau setara Rp171,6 sampai Rp265,2 juta per jam. Jika melakukan perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta ke Los Angeles akan menelan biaya sewa Rp2,97 sampai Rp3,38 miliar.
Selain biaya sewa jet pribadi yang harganya selangit, Erina juga memamerkan bagaimana ia dan suaminya membeli roti seharga Rp400 ribu, yang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia harga roti tersebut kelewat mahal.
Belum lagi terkait pembelian stroller atau kereta bayi yang kabarnya mencapai puluhan juta rupiah untuk calon buah hati mereka.
Baca juga:
- Anies Baswedan Tak Bisa Cuma Andalkan Popularitas, Saatnya Pakai Jaket Partai
- Balik Badan Dukung Airin Rachmi Diany, Manuver Menarik Partai Golkar di Pilkada Banten
- Menyelami Pernyataan Bersayap Jokowi Nyaman Berada di Bawah Pohon Beringin
- Raja Jawa Disinggung Bahlil Lahadalia: Candaan Politik atau Pembenaran Dinasti?
Rentetan gaya hidup mewah yang ditunjukkan Erina Gudono bersama Kaesang tentu saja menjadi perhatian publik. Namun, Sekjen PSI Raja Juli Antoni tak mau berkomentar banyak terkait kritik yang diterima ketua umum partainya tersebut. Ia menilai kritik merupakan bagian dari demokrasi.
“Ya, itu bagian dari dinamika demokrasi. Itu adalah kebebasan warga negara yang bisa kita nikmati, untuk saran, kritik, ya kadang tajam, terlalu tajam ya monggo. Itu bagian dari demokrasi,” kata Raja Juli, Minggu (25/08).
Sementara itu hingga saat ini, baik Erina maupun Kaesang masih belum memberikan komentarnya mengenai jet pribadi yang mereka tumpangi untuk terbang ke AS.
Tidak Peka terhadap Situasi
Kehidupan mewah yang ditunjukkan Kaesang dan Erina Gudono, setidaknya dalam perjalanan mereka ke AS, membuat anak dan menantu Jokowi itu dicap tone deaf alias tidak peka terhadap situasi. Mantan peserta Puteri Indonesia itu memamerkan kehidupan mewahnya di tengah situasi sulit yang dialami sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang ini.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa daya beli masyarakat, terutama kelompok menengah, terus menurun menyusul gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan maraknya judi online. Kementerian Tenaga Kerja juga mencatat hampir 46 ribu orang di-PHK sejak Januari sampai Agustus 2024.
Tak hanya itu, gaya hidup mewah Erina dihujat Erina juga melakukan flexing atau pamer saat mertuanya, Presiden Jokowi mendapat kritikan tajam menyusul rencana DPR mengesahkan RUU Pilkada yang dinilai mengangkangi MK.
Kehidupan mewah yang ditunjunkan Erina Gudono juga bertolak belakang dengan branding yang selama ini dibawa Jokowi sepanjang kepemimpinannya. Presiden ketujuh itu secara konsisten membranding sebagai keluarga sederhana, jauh dari barang-bawang mewah. Jokowi juga lebih senang menggunakan produk-produk lokal, berbeda dengan yang dilakukan menantu dan anaknya sekarang ini.
Ekonom UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mendesak Kaesang memberikan penjelasan kepada publik terkait dugaan penggunaan jet pribadi dalam perjalanannya ke AS bersama istrinya. Terlebih lagi, isu ini telah menjadi perhatian masyarakat luas karena Kaesang merupakan putra bungsu Presiden Jokowi.
"Kaesang dan keluarga perlu menjelaskan kepada publik berapa biaya dan sumber dana yang digunakan untuk menyewa jet pribadi itu," kata Achmad dikutip Tempo.
"Saat kondisi ekonomi menantang bagi rakyat, menggunakan jet pribadi mewah bisa dikatakan sebagai tindakan tidak sensitif, bahkan menyinggung perasaan publik," ujar Achmad.
Berkat CCTV Sosial
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengaitkan fenomena masyarakat Indonesia yang gemar ‘membedah’ unggahan public figure di media sosial karena penggunaan internet yang tinggi.
Penggunaan internet dengan intensitas tinggi dari masyarakat Indonesia ini menjadi CCTV sosial di mana-mana.
“Di negeri ini jumlah gawai itu 353 juta, sedangkan jumlah manusianya hanya 277 juta. CCTV sosial jauh lebih banyak. Data itu bisa diperoleh dari mana saja, ini yang seharusnya mendorong semua orang untuk berperilaku positif dan produktif,” kata Devie.
Selain itu, menurut Devie, warganet Indonesia memiliki kemampuan gotong royong dalam mengakumulasi data sehingga memunculkan berbagai isu di ruang digital sebagai bagian dari aktivisme warga.
Meski begitu, Devie menegaskan tidak semua hal yang dilontarkan warganet di dunia maya sudah terkonfirmasi kebenarannya.
Devie juga menyayangkan masih banyak warganet yang lebih memusatkan perhatian terhadap hal-hal yang berbau pribadi atau fisik dari pihak yang dituduh. Menurutnya, hal ini memperkuat riset Microsoft yang menyebut bahwa masyarakat Indonesia paling kejam, keji, dan kasar di ruang digital.
“Ternyata diskursus tentang fisik itu jauh lebih dominan dari urusan politiknya. Kalau pun ada urusan politik, mohon maaf, itu hanya echo chamber (gelembung informasi tertutup) di kelompok-kelompok tertentu saja,” Devie menjelaskan.